Disebut Jokowi Lebih Bergizi, Ini Kandungan Minyak Makan Merah

Read Time:3 Minute, 52 Second

robbanipress.co.id Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Pabrik Minyak Goreng Merah yang berlokasi di Regional 1 PTPN I (sebelum merger merupakan wilayah kerja PTPN II), Desa Pagar Merbau II, Kecamatan Pagar Merbau, Provinsi Deli Serdang , Sumut, pada Kamis (14 Maret 2024).

Pabrik tersebut merupakan hasil inovasi yang dirancang dan dibangun oleh salah satu anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara yaitu unit usaha PT Riset Perkebunan Nusantara dan Balai Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan kehadiran pabrik minyak nabati merah pertama diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi para petani kelapa sawit. “Makanya kami membangun pabrik minyak nabati merah, ini yang pertama dan kami berharap bisa memberikan nilai tambah yang baik bagi produsen kelapa sawit, khususnya yang sudah tergabung dalam koperasi. “Jadi harga TBS (tandan buah segar) tidak naik turun karena di sini semuanya diolah menjadi produk jadi yaitu minyak goreng merah,” ujarnya.

Perlu diketahui bahwa minyak nabati merah PPKS mengandung kadar vitamin E dan karoten yang lebih tinggi dibandingkan minyak nabati merah sawit lainnya. Minyak goreng merah juga mengandung lebih sedikit asam lemak jenuh dibandingkan minyak sawit murni (VPO) dan terbukti lebih unggul dibandingkan minyak goreng karena tetap mempertahankan kandungan fitonutriennya.

Selain beragam manfaat nutrisi tersebut, minyak goreng merah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan serbaguna, mulai dari menggoreng hingga dikonsumsi langsung sebagai minyak goreng. Komposisi asam lemak

Karena kandungan fitonutrien, komposisi asam lemak dan vitamin E, minyak nabati merah merupakan produk yang memiliki fungsi strategis. Selain digunakan untuk memberantas stunting, juga dapat digunakan sebagai bahan aktif produk kosmetik yang dapat mencegah penuaan dini dan sebagai bahan farmasi untuk mencegah penyakit degeneratif.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengajak masyarakat untuk memanfaatkan produk dalam negeri sebagai langkah maju dalam mendukung pemasaran dan konsumsi produk yang berkelanjutan.

“Beberapa koki mencobanya dan mereka berkata, ‘Astaga, minyak goreng merah ini berbeda.’ “Rasanya lebih enak dan informasi nutrisinya lebih baik,” jelasnya.

Presiden juga mengatakan, pembukaan pabrik ini merupakan bagian dari upaya lebih lanjut yakni proses peningkatan nilai tambah suatu barang dengan mengolahnya menjadi produk jadi. “Jangan jual TBS, jangan jual CPO, kalau bisa lakukan hal seperti itu. Itu bagus sekali,” tegasnya.

Sebagai negara dengan luas perkebunan kelapa sawit sebesar 15,3 juta hektar, dimana 40,5 persen diantaranya merupakan milik petani, Indonesia terus berupaya meningkatkan nilai tambah produksi dalam negeri.

Menteri BUMN Erick Thohir dalam beberapa kesempatan mengatakan pemerintah terus membangun ekosistem hilirisasi kelapa sawit. Hal ini dilakukan agar petani kelapa sawit juga dapat menikmati nilai tambah dari bahan baku kelapa sawit yang mereka tanam.

“Jadi kita tidak hanya menjual buah segar saja, mumpung masih banyak olahan minyak sawit versi lain yang tidak kalah potensialnya dalam meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujarnya.

Salah satunya, lanjut Erick, minyak goreng merah yang sudah dibangun pabrik pengolahannya dan akan segera beroperasi di Sumut. “Kami ingin melakukan terobosan. Setiap 1.000 hektare kebun sawit, petani harus mempunyai pabrik minyak nabati merah sendiri. Perekonomian nasional harus menjadi bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional,” ujarnya.

Menteri BUMN mengatakan keberadaan pabrik minyak goreng berwarna merah ini diciptakan agar BUMN bisa melakukan intervensi terhadap perekonomian, apalagi saat terjadi kelangkaan minyak goreng. “Perekonomian kerakyatan, khususnya petani, terus kita masuki. Ini yang ingin kita lestarikan, agar masyarakat yakin bisa mengelola sumber daya alamnya,” tambah Erick.

Sementara itu, CEO Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani yang turut hadir dalam pembukaan tersebut mengatakan, Pabrik Minyak Goreng Merah Pagar Merbau merupakan salah satu pilot project dari tiga pabrik serupa yang juga akan dibangun pada tahun ini. Sumatera Utara. Dua pabrik rencananya akan dibangun di Kabupaten Asahan dan Langkat.

Pabrik minyak nabati Red Pagar Merbau, lanjut Ghani, akan mengolah bahan baku tandan buah segar (TBS) dari sekitar 1.000 hektar lahan kelapa sawit milik PTPN Group. Kapasitas pengolahan fasilitas ini 10 ton CPO per hari dan target produksi minyak goreng merah 7 ton per hari, jelasnya.

Pembangunan pabrik minyak nabati merah rencananya akan dilakukan di pabrik kelapa sawit seluruh Indonesia. Dengan begitu, kita berharap tidak ada lagi permasalahan minyak goreng di wilayah kecil. “Selanjutnya, kami juga berharap dapat menyelesaikan masalah stunting dan meningkatkan perekonomian masyarakat,” kata Ghani.

Keberadaan pabrik minyak nabati merah akan menjadi solusi bagi petani kecil, dimana mereka juga mendapatkan nilai tambah yang jauh lebih tinggi dibandingkan hanya menjual TBS saja. Dengan rata-rata petani memiliki 2 hektar kelapa sawit per keluarga, maka satu pabrik bisa melibatkan 500 keluarga petani dalam pengolahan kelapa sawit.

Presiden didampingi dalam peresmian pabrik tersebut oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki, Pj. Gubernur Sumut Hassanudin dan Bupati Deli Serdang Muhammad Ali Yusuf Siregar.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Mikha Tambayong Tidak Ikut Puasa, Deva Mahenra: yang Pasti Dia Support
Next post 20 Petarung UFC dengan Bayaran Tertinggi Sepanjang Masa, Bukan Khabib yang Pertama