Mengapa Media Sosial Nggak Diboikot Pendukung Palestina?

Read Time:2 Minute, 29 Second

robbanipress.co.id, JAKARTA. Beberapa waktu lalu, Zita Anjani, putri Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Jenderal Zulkifli Hasan, mengunggah foto di Instagram berupa cangkir Starbucks berlatar belakang Masjidil Haram. , Mekkah, Arab Saudi, viral di media sosial. Setelah kritik tersebut, Zita mengeluarkan pernyataan yang menyerukan tidak ada boikot terhadap produk yang terkait dengan Israel.

“Sadarkah Anda masih banyak hal di sekitar kita dari brand yang masih mendukung Israel? Bahkan barang-barang yang sering kita pakai seperti handphone, sabun, baju atau media sosial yang kamu pakai sehari-hari sebenarnya mendukung “pihak mana” Jadi jangan dukung kalau mau dukung Palestina 🇮🇩, tulis Zita di salah satunya dari postingan Instagram-nya.

Di tengah kritik pedas terhadap Zita yang merupakan Wakil Ketua Partai Amanat Nasional DPRD DKI Jakarta, buzzer media sosial Permadi Arya alias Abu Janda membela Zita. Dalam postingan di Instagram @permadiaktivis2, ia meminta pendukung Palestina untuk tidak memboikot media sosial yang berafiliasi dengan Israel.

Mengapa tidak meninggalkan media sosial untuk mencoba mendukung Palestina? Aktivis pro-Palestina Shabrina Salim menekankan bahwa boikot adalah hal sekunder bagi orang-orang yang tidak dapat berpartisipasi dalam perang.

“Menurut saya, boikot itu isu sekunder. Isu yang berkaitan dengan isu pembebasan Masjid Al-Aqsa secara umum,” ujarnya, Selasa (30/4/2024) saat diwawancarai Republic.co. .pengenal. ).

Selain itu, sebagian besar orang juga percaya bahwa semua produk harus dikaitkan dengan Israel dan akan sulit untuk memboikot produk tersebut sepenuhnya. Misalnya Apple, Google, Meta sudah menyatakan dukungannya terhadap Israel, namun umat Islam tidak bisa langsung memboikotnya.

“Kami tidak menjadikan boikot ini sebagai senjata utama kami. Kami melakukannya karena titik lemah kami ada di negara yang jauh, kami belum mampu turun secara militer dan bantuan keuangan negara kami rendah,” kata Shabrina.

Menurut Shabrina, tidak bisa dipungkiri boikot harus dilakukan secara selektif. Karena jika ada produk yang bisa Anda boikot sepenuhnya, lakukanlah.

“Yang tidak bisa, seperti ekosistem Meta, Google, dan bahkan senjata lain, menggunakannya untuk memperkuat diri dan melawan,” kata Shabrina.

Selain itu, kata Shabrina, Rasulullah SAW juga pernah bertemu dengan orang-orang Yahudi di masa lalu. Namun senjata, kurma, air dan pakaian, yang persediaannya terbatas, harus dibeli dari pedagang Yahudi. Mengingat kemenangan Islam sebagai isu utama, Rasulullah SAW urung mewujudkannya.

Sementara itu, gerakan BDS di Indonesia kembali menarik perhatian terhadap produk-produk yang menjadi sasaran boikot. Hal tersebut dibagikan melalui akun X (dulu bernama Twitter) @GerakanBDS_ID yang mengutip status Instagram Zita.

“Kami tidak bosan-bosannya mengingatkan bahwa ada aksi boikot yang mempunyai tujuan jelas, efektif memberantas kejahatan Israel dan tidak menjadi masalah. Mengapa menurut Anda masih ada masyarakat yang berpikir: ‘Kalau bisa’ Jangan’ Saya tidak ‘jangan memboikot semuanya, tidak, ‘haruskah kita memboikot semuanya’, begitulah ceritanya.

Dalam postingan yang disematkan di X, gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi Indonesia (BDS) juga mencantumkan merek-merek yang menjadi sasaran utama boikot tersebut. Kata kunci bersifat selektif dan efektif.

Gerakan BDS Indonesia menjelaskan merek yang paling jahat adalah HP dan AXA. Selain itu, McDonald’s, Pizza Hut, Dominos, dan Burger King merupakan merek yang harus dihindari, sedangkan Starbucks dan Puma diberi label “jangan beli dulu”.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Langka dan Ada 70 Jenis, Bagaimana Pengobatan Kanker Sarkoma?
Next post Intip Tren Fashion 2024-2025 di MUFFEST+ Media Viewing!