Bahaya Mana, Bully Fisik atau Bully Kata pada Anak?

0 0
Read Time:1 Minute, 45 Second

robbanipress.co.id, Jakarta Jika melihat data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sepanjang tahun 2014, sangat miris melihat terdapat 19 kasus bullying di sekolah. Jumlah ini berdasarkan pengaduan langsung, melalui media dan email. Menurut KPAI, kasus perundungan bermacam-macam. Mulai dari ejekan hingga perlakuan kasar hingga menimbulkan luka fisik.

“Bullying yang melibatkan luka fisik masih bisa kita temukan sebagai buktinya. Namun bagi anak-anak, kata bullying bisa lebih berbahaya karena sangat sulit bagi sekolah untuk menemukan kebenarannya. Selain itu, anak-anak sulit mau mengakuinya. Kepada orang tua atau gurunya Begitulah anak-anak yang menjadi korban bullying cenderung diam dan takut merasakan perasaan balas dendam hingga dewasa,” ujar Sekretaris KPAI Maria Advianti saat dihubungi robbanipress.co.id, ditulis Jumat (28/3/2014).

Sementara itu, Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Sarti Ariani, S.Psi., M.Si (Nina) mengatakan dampak bullying pada anak, baik secara fisik maupun verbal, seperti ejekan atau hinaan, sama-sama berdampak buruk bagi tumbuh kembangnya.

“Baik itu bullying secara fisik maupun verbal, keduanya bisa berdampak buruk pada tumbuh kembang anak. Bullying secara fisik juga bisa menimbulkan kesedihan dan dampak psikologis pada anak. Meski sepertinya ada buktinya. Dan bisa ditindaklanjuti oleh guru atau orang tua. proses hukum pelakunya” kata bullying sama,” jelas Nina.

Lanjut Nina, kata sifat bullying lebih bersifat emosional dan psikologis serta sulit dibuktikan. Bagi yang mengalami hal ini, sebaiknya orang tua mengajaknya bicara, seperti menanyakan apa yang mereka rasakan, sakit hati, marah, sedih, dll.

“Lagipula, lingkungan sekolah harus ada yang mengawasi. Usahakan jangan ada sudut sepi yang bisa membuat orang menindas orang lain. Makanya tidak boleh ada kamera pengawas (CCTV), asalkan hanya ada.” guru piket yang mau. Coba lihat,” kata Nina.

Selain itu, kata Nina, sekolah sebaiknya membuat kegiatan kelompok, seperti mengerjakan satu tugas secara berkelompok. Namun sebaiknya anak tidak menentukan kelompok temannya. Itu semua tergantung pada gurunya. Hal ini sangat ideal bagi guru untuk memahami dinamika dalam kelompok sehingga anak dapat akur.

Sementara itu, bagaimana cara orang tua memperhatikan anaknya di rumah? Lakukan dengan teknik parenting yang baik, seperti memperhatikan ucapan anak, mengenali kelebihan dan kekurangannya, serta mengatakan apa yang salah padahal dia salah. menyemangati anak agar bisa akur,” imbuhnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %