Daftar 20 Negara Paling Ramah bagi Turis Asing Versi Forbes, Asia Hanya Diwakili 1 Negara

Read Time:3 Minute, 16 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Majalah ekonomi dan keuangan ternama Forbes baru saja merilis daftar 20 negara paling ramah turis pada tahun 2024. Daftar tersebut berasal dari survei yang dilakukan Remitly terhadap responden dari seluruh dunia melalui serangkaian tes kepribadian. untuk menentukan daerah mana yang paling ramah wisatawan.

Dalam melakukan kajian komprehensif untuk mengetahui hasil penelitian ini, tim peneliti memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan ciri-ciri kepribadian responden, yaitu “Agreeableness” yang diartikan dengan ciri-ciri ramah, baik hati, dan kooperatif.

Dikutip Forbes, Minggu (9/6/2024), Afrika Selatan dinobatkan sebagai negara paling ramah turis di dunia berdasarkan analisis yang diterbitkan pada Juni 2024. Negara yang terletak di Afrika bagian selatan ini menarik wisatawan. di Safari. yang ingin melihat satwa eksotik seperti singa, macan tutul, gajah, bison dan badak, serta penyelam dari seluruh dunia penasaran dengan bangkai kapal di perairannya.

Afrika Selatan juga dikenal sebagai kawasan penghasil anggur terbaik dengan pantai untuk relaksasi dan pegunungan untuk mencapai puncak. Yunani berada di posisi kedua dan tim peneliti berpendapat bahwa nilai kuno “philoxenia”, yang berarti keramahtamahan, dapat berdampak besar pada tingkat penerimaan wisatawan.

Kroasia, Meksiko, dan Swedia melengkapi daftar lima negara paling ramah di dunia ini. Sementara itu, Indonesia tidak masuk dalam daftar negara paling ramah wisatawan. Hanya ada satu negara Asia yang masuk dalam daftar.

Dari 20 negara yang masuk dalam daftar, 13 di antaranya merupakan negara Eropa. Setelah Yunani, Kroasia, dan Swedia di lima besar, Jerman, Estonia, dan Belgia menempati peringkat kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh. Ketiga negara ini menutup daftar sepuluh negara yang paling menyenangkan bagi wisatawan. Spanyol, Republik Ceko, Italia, Belanda, Portugal, Inggris, Polandia dan Swiss mengikuti. 

Survei ini didasarkan pada beberapa pertanyaan, seperti “Seberapa besar kepedulian Anda terhadap orang lain? dan “Apakah Anda ingin orang lain merasa nyaman?” Semakin tinggi nilai ujian di setiap negara, maka dianggap semakin bersahabat, dan para analis menerjemahkan hasilnya menjadi “skor persahabatan” untuk setiap negara.

Skor ini kemudian digunakan untuk menghitung skor kegunaan rata-rata untuk setiap negara. “Persahabatan adalah kualitas yang sangat penting dalam hidup, terlebih lagi jika Anda pindah atau bepergian ke negara baru di mana Anda mungkin merasa gugup atau kesepian,” kata Ollie Cassel, kepala pemasaran pertumbuhan di Remitly, dalam sebuah pernyataan.

“Kehangatan dan kebaikan orang asing dapat membuat perbedaan besar dalam membantu orang merasa diterima dan lebih nyaman.”

Selain itu, Jepang masuk dalam daftar dan menempati peringkat keempat belas. Jepang juga merupakan negara Asia dengan peringkat tertinggi dan satu-satunya yang masuk dalam daftar.

Meski Jepang sudah memasang layar hitam di Fujikawaguchiko untuk menghalangi pemandangan gunung suci tersebut, namun hal itu tampaknya tidak mempengaruhi keramahtamahan wisatawan asing. Tak hanya Jepang, upaya pemblokiran akses wisatawan juga dilakukan negara lain dalam daftar ini.

Mulai dari pajak wisatawan di beberapa kota Eropa hingga pemasangan tanda peringatan ubur-ubur palsu di Majorca, Spanyol, hingga pembatasan wisatawan berbahasa Inggris, sepertinya tidak ada hubungannya dengan keramahan penduduknya terhadap wisatawan asing. Eropa terus menduduki peringkat teratas dalam daftar negara paling ramah di dunia, dan Spanyol juga masuk dalam daftar. Soal kenapa tidak ada negara Asia lain yang masuk dalam daftar tersebut, Forbes tidak memberikan penjelasan.

Pembatasan dan stigma terhadap wisatawan asing nampaknya merupakan akibat dari over-tourism yang akhir-akhir ini menjadi permasalahan di berbagai negara di dunia. Pemasangan layar hitam yang menghalangi pemandangan Gunung Fuji disebabkan oleh masalah pariwisata yang berlebihan. 

Dikutip dari bertanggungjawab travel.com, overtourism terjadi ketika terlalu banyak pengunjung ke suatu destinasi tertentu. Meskipun “terlalu banyak” adalah istilah subjektif, di setiap destinasi istilah ini didefinisikan oleh penduduk lokal, tuan rumah, pemilik bisnis, dan wisatawan.

Industri perjalanan, seperti industri lainnya, harus memiliki rencana berkelanjutan terhadap alam dan masyarakat yang tinggal di kawasan wisata. Kenyataannya, kedatangan wisatawan dalam jumlah besar di suatu destinasi wisata tidak bisa hanya dilihat dari sisi positifnya saja, dibalik itu tersembunyi dampak negatif yang mulai terasa. Negara yang paling ramah di dunia: Afrika Selatan Yunani Kroasia Meksiko Swedia Australia Kanada Jerman Estonia Belgia Spanyol Republik Ceko Italia Jepang Amerika Serikat Belanda Portugal Inggris Polandia Swiss

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Soal Kimia Farma Apotek, Erick Thohir: Kalau Ada Korupsi, Kita Sikat
Next post Prodi Bisnis Digital, Jurusan Buat Kamu Si Paling Gen Z