4 Alasan Perempuan Wajib Kuasai AI Generatif: Bisa Kurangi Bias Gender hingga Punya Kekuatan Super

Read Time:2 Minute, 24 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Tidak bisa dipungkiri bahwa AI generatif telah mengubah cara manusia bekerja dan berinteraksi dengan teknologi. Namun, penggunaan awal teknologi ini tampaknya lebih fokus pada fungsi-fungsi yang secara historis didominasi oleh perempuan, seperti pemasaran dan layanan pelanggan.

Itulah sebabnya sebagian perempuan takut kehilangan pekerjaan karena penggunaan teknologi reproduksi AI. 

Studi IBM Institute for Business Value (IBV) terhadap perempuan pada tahun 2023 menemukan bahwa 46% dari mereka takut bahwa otomatisasi berbasis AI akan menggantikan mereka, dibandingkan dengan hanya 37% laki-laki.

Faktanya, alih-alih merasa terancam, perempuan memiliki peluang besar untuk menggunakan AI generatif sebagai alat untuk memajukan karier mereka, mengurangi bias gender, dan menjadi pemimpin di era transformasi digital.

“Ketika AI generatif mengubah alur kerja dan menuntut transformasi dalam organisasi, perempuan memiliki peluang untuk mencapai posisi setara dengan laki-laki dalam karier mereka,” kata Catherine Lian, Managing Director dan Chief Technology Officer IBM Asean, dalam keterangan resmi yang diterima, Selasa (28 ). /5/2024).

Nah, apa saja alasan utama mengapa perempuan juga perlu menguasai keterampilan di bidang AI reproduksi, berikut beberapa di antaranya.

Mengurangi bias gender

Partisipasi aktif perempuan dalam pengembangan dan penggunaan AI reproduktif dapat mengurangi bias gender, terutama yang tertanam dalam data pelatihan AI.

Selain itu, studi berdasarkan kepemimpinan perempuan di era AI yang dilakukan oleh IBM di Eropa menemukan bahwa 73% pemimpin bisnis percaya bahwa memiliki lebih banyak pemimpin perempuan di industri mereka dapat memainkan peran penting dalam mengurangi bias gender dalam AI.

Namun, saat ini hanya 32% perempuan yang bertanggung jawab atas keputusan mengenai kecerdasan buatan atau strategi AI. 

 

Dengan mengadopsi kemampuan reproduksi AI, perempuan dapat menempati posisi strategis dalam pengambilan keputusan dan kepemimpinan. Selain itu, penelitian IBV saat ini menunjukkan bahwa jumlah pemimpin perempuan semakin menurun.

Patut dicatat bahwa hanya 14 persen wakil presiden senior, 16 persen wakil presiden atau direktur, dan 19 persen posisi eksekutif dipegang oleh perempuan. Persentase ini lebih rendah dibandingkan tahun 2019.

Tren ini tidak baik bagi kesetaraan gender dan bisnis. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang secara formal memprioritaskan penempatan perempuan pada posisi kepemimpinan mengalami pendapatan yang lebih tinggi dan tingkat retensi karyawan yang lebih tinggi. 

Studi tersebut juga mencatat bahwa AI reproduksi bisa menjadi “kekuatan super” bagi perempuan. Karena teknologi ini dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mereka dalam bekerja.

Selain itu, perempuan mempunyai peluang untuk menjadi pionir dalam penggunaan AI reproduksi yang produktif dan bertanggung jawab. Sehingga mereka bisa mendorong perusahaannya untuk memperhatikan penerapan ini.

Jadi, melalui kombinasi analisis yang tajam dan komunikasi yang baik, perempuan bisa mendapatkan kekuatan super di era AI reproduksi.

 

Peningkatan penggunaan AI reproduksi oleh perempuan akan meningkatkan produktivitas dan inovasi di berbagai sektor.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan bahwa 52,52% perempuan aktif secara ekonomi, sehingga sangat penting untuk meningkatkan penggunaan AI reproduksi oleh perempuan.

“Dengan mendominasi lanskap AI yang terus berkembang, perempuan dapat menciptakan cara-cara baru untuk menciptakan nilai bisnis dan memajukan karier mereka,” tulis IBM dalam studi tersebut.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post CyberGhost VPN Perluas Jaringan Server ke 100 Negara untuk Perketat Keamanan Siber
Next post Norwegia Tolak Bergabung dengan Uni Eropa dalam Menjatuhkan Tarif Tambahan pada EV China