Ribuan Pabrik Ditutup, Hadapi Impor Murah dari China, Ekonomi Thailand tak Baik-baik Saja

Read Time:1 Minute, 33 Second

robbanipress.co.id, BANGKOK — Situasi berbeda terjadi di Thailand. Produsen mobil listrik China (BYD) baru-baru ini membangun pabrik di negara tersebut.

Tepat di awal bulan ini. Ini merupakan pabrik BYD pertama di Asia Tenggara. Situasi seperti ini mengkhawatirkan di negeri Gajah Putih.

Sayangnya, insiden lain terjadi beberapa minggu lalu yang luput dari perhatian. Terjadi penutupan pabrik mobil Suzuki Motor. Selama beroperasi, pabrikan asal Jepang ini memproduksi 60 ribu mobil dalam setahun.

Langkah Suzuki Motor untuk menutup pabriknya sejalan dengan banyak perusahaan lain di negara dengan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara. Thailand terkena dampak rendahnya harga dari Tiongkok. Terjadi penurunan daya saing industri yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kenaikan harga energi dan angkatan kerja yang menua.

Apa yang terjadi bukanlah sesuatu yang baru. Sekitar 2.000 pabrik ditutup di Thailand tahun lalu. Situasi ini berdampak negatif pada sektor manufaktur yang menyumbang sekitar seperempat produk domestik bruto (PDB).

Hal ini membebani perekonomian Amerika Serikat (AS) sebesar $500 miliar. Banyak orang yang terlibat. Salah satunya adalah seorang pekerja bernama Chanpen Suetrong.

Wanita berusia 54 tahun ini menghabiskan hampir dua dekade di VMC, sebuah pabrik kaca pengaman di provinsi Central Samut Prakan. Pada bulan April tahun lalu, ia mendapat kabar bahwa perusahaan tempatnya bekerja tutup. Dia kehilangan pekerjaannya lagi.

“Saya tidak punya tabungan. Saya punya ratusan ribu baht,” kata Chanpen, dilansir Reuters, Senin (15/7/2024).

Dia adalah satu-satunya pencari nafkah di keluarganya yang terdiri dari tiga orang. Suaminya sakit. Mereka memiliki seorang putri remaja.

Penurunan sektor manufaktur mempersulit Perdana Menteri Srettha Thavisin untuk memenuhi janji kampanyenya. Tahun lalu, ia berjanji untuk meningkatkan PDB tahunan menjadi lima persen selama empat tahun kekuasaannya. Sepuluh tahun lalu, PDB Thailand adalah 1,73 persen.

“Sektor industri telah runtuh dan pemanfaatan kapasitas telah turun di bawah 60 persen. Jelas bahwa industri ini harus beradaptasi,” kata Srettha kepada parlemennya pekan lalu.

Perekonomian Thailand telah…

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Menteri KKP Trenggono Perkuat Keamanan Siber untuk Jaga Data OAI
Next post Kendalikan Emisi GRK demi Kelangsungan Hidup Manusia dan Bumi