Merokok Tinggalkan ‘Bekas Luka’ pada Sistem Kekebalan Tubuh

Read Time:2 Minute, 6 Second

robbanipress.co.id, JAKARTA — Sekalipun seseorang berhenti merokok, hal itu tetap berdampak jangka panjang pada sistem kekebalan tubuh. Dalam makalah yang diterbitkan di Nature, peneliti dari Institut Pasteur mengungkapkan bahwa merokok meninggalkan tanda epigenetik pada DNA dan memengaruhi kekebalan adaptif.

Darragh Duffy, salah satu penulis penelitian tersebut, mengatakan bahwa merokok diketahui dapat membuat seseorang berisiko terkena kanker. Selain itu, ia dan timnya ingin menyelidiki dampak negatif merokok terhadap respon imun.

“Ini efek jangka panjang, dan efek kumulatif,” kata Duffy, ahli imunologi di Institut Pasteur, seperti dikutip The Scientist, Selasa (16/4/2024). 

Para peneliti menemukan bahwa merokok mengganggu respon bawaan dan adaptif dari sistem kekebalan tubuh dalam banyak kondisi rangsangan, sehingga menciptakan semacam “bekas luka” pada sistem kekebalan tubuh. Hal ini juga dibuktikan dengan meningkatnya kadar sitokin pada perokok dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah merokok.

Sitokin adalah senyawa kimia yang menjadi sarana komunikasi antar sel terkait dalam sistem kekebalan tubuh. Sementara itu, respons imun adaptif adalah kumpulan sel imun khusus yang memberikan kekebalan jangka panjang dan perlindungan jangka panjang dari infeksi berulang.

Untuk mensimulasikan kondisi infeksi di laboratorium, tim peneliti secara sistematis memaparkan sampel darah lengkap dari donor ke berbagai kondisi imunostimulan yang menangkap banyak faktor penyebab sel kekebalan, termasuk virus dan bakteri. Para peneliti mengukur produksi sitokin terkait penyakit setelah terpapar rangsangan yang menargetkan sistem kekebalan bawaan, yaitu jaringan respons terprogram yang dengan cepat menangani infeksi baru. Untuk memilih faktor-faktor yang memiliki hubungan kuat dengan fenotip fisik tertentu, hasil kuesioner kesehatan peserta digabungkan dengan variabel sosiodemografi, lingkungan, klinis, dan nutrisi.  

Saat mengukur pengaruh setiap tantangan imun terhadap produksi sitokin, terdapat tiga variabel yang memiliki dampak terbesar, yaitu indeks massa tubuh, infeksi sitomegalovirus laten, dan merokok. Ketika tim mengamati fenotip imun mantan perokok, profil imun bawaan tampak serupa dengan non-perokok, namun respons imun adaptif serupa dengan perokok aktif.

Para penulis memutuskan untuk menggali lebih dalam data untuk mencari sel-sel yang mendorong efek merokok terhadap respon sistem kekebalan tubuh. Para peneliti memasukkan data aliran sitometri ke dalam analisis partisipan, dan tidak ada subkelompok sel spesifik yang muncul sebagai mediator respon imun bawaan. 

Namun, ada beberapa sel B dan sel T pengatur yang merupakan penjaga utama efek jangka panjang merokok terhadap sistem kekebalan tubuh. Duffy dan timnya memberikan bukti bahwa gen-gen ini memediasi efek jangka panjang dari merokok pada sistem kekebalan adaptif. 

Dengan kata lain, merokok mengubah respons imun jangka pendek dan jangka panjang, seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan kadar sitokin, dan meninggalkan tanda epigenetik pada gen. “Waktu terbaik untuk berhenti merokok adalah sekarang,” kata Duffy.  

 

 

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post
Next post Sering Diabaikan, Dokter Ingatkan Pentingnya Memeriksakan Kesehatan Organ Reproduksi Sejak Dini