Sangmong Harimau Bali yang Mempunyai Tempat Khusus di Pulau Dewata

Read Time:1 Minute, 35 Second

BALI – Nasib tak kalah tragis menimpa Harimau Jawa, Panthera tigris balica, dan Harimau Bali di Indonesia. Meski demikian, masyarakat Bali tetap menjunjung tinggi hewan liar ini.

BACA JUGA – Harimau Jawa terlihat di hutan angker ini

Dalam banyak kepustakaan Bali ia dikenal dengan sebutan “Sangmong”, berasal dari “Sang Maung”, dan dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “Dia Macan” atau “Si Harimau” yang berarti Macan Bali.

Harimau Bali merupakan subspesies harimau terkecil dari sembilan subspesies harimau, ukurannya sebanding dengan macan tutul atau puma. Laki-laki biasanya memiliki berat 90–100 kg (198).

Betina memiliki berat 65–80 kg (142–175 lb), jantan memiliki panjang sekitar 220 cm (7,2 kaki atau 86,6 inci) (termasuk ekor), dan betina memiliki panjang 195–200 cm (6,4–6,6 kaki atau 76,8 hingga 78,6 inci) . .

Ukuran tersebut merupakan anomali, umumnya semakin jauh dari garis khatulistiwa maka ukuran harimau semakin besar. Mungkin perkembangan ini disebabkan oleh kecilnya pulau Bali dan terbatasnya jumlah hewan buruan.

Ia memiliki bulu pendek berwarna oranye tua. Belangnya lebih sedikit dibandingkan harimau jawa dan sumatera, namun terkadang terdapat bintik hitam kecil pada belangnya. Karena ciri ini, harimau Bali terkadang digambarkan memiliki garis-garis yang lebih padat.

Seperti halnya sepupunya, Harimau Jawa, punahnya Harimau Bali juga disebabkan oleh perburuan liar pada masa penjajahan. Mungkin cara berburu harimau Bali yang paling populer adalah dengan menggunakan perangkap kaki besi bergerigi yang diberi umpan kambing atau rusa.

Dalam budaya Bali, harimau mempunyai tempat khusus dalam cerita rakyat dan seni tradisional, misalnya dalam lukisan Kamasan dari Kerajaan Klungkung. Namun, mereka dipandang sebagai kekuatan destruktif, dan upaya pemusnahan mereka berujung pada kepunahan.

Dan bukan hanya masyarakat lokal saja yang melakukan hal tersebut, dimana Bali bukanlah pulau yang sangat besar, namun perkembangan kehidupan manusia di Bali yang semakin berkembang dan membutuhkan banyak ruang tentunya telah menyebabkan banyak spesies hewan lokal yang datang ke Bali mengalami kepunahan. dan bahkan sampai hilang sama sekali. peradaban.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Suzuki Pajang 6 Produk Modifikasi di Giicomvec 2024, Ada Model Ambulans dan Angkot
Next post