Ingin Tingkatkan Performa Kendaraan? Jangan Salah Pilih Busi Jika Tak Mau Mesin Rusak

Read Time:3 Minute, 10 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Busi merupakan komponen kecil di kepala silinder yang menghasilkan percikan listrik untuk menyalakan campuran udara dan bahan bakar di ruang bakar mesin pemakan bahan bakar. Dengan kata lain, busi merupakan bagian yang mengubah energi kimia yang terkandung dalam bensin menjadi energi mekanik untuk menggerakkan mesin.

Bagian kecil pada gantungan kunci Anda ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga performa mesin, sehingga Anda memang perlu berhati-hati dalam memilih bagian mana yang akan dipasang pada mobil Anda. Apalagi jika Anda ingin menyempurnakan mesin Anda.

Bagikan tip Anda untuk memilih steker yang tepat. Diko Oktaviano, Dukungan Teknis Purna Jual, PT Niterra Mobility Indonesia (NGK) menjelaskan: 1. Jangan menyimpang dari persyaratan pabrikan.

Produsen Peralatan Asli (OEM) telah merancang segalanya dengan cermat, termasuk busi, agar mobil Anda tetap berjalan lancar. Tentu saja, produsen bergantung pada insinyur dan pemasoknya untuk menentukan apa yang baik dan cocok untuk menjalankan mobil. Oleh karena itu, penting untuk memilih lilin sesuai dengan rekomendasi pabrikan.

“Jadi dalam setahun, pabrikan sudah punya portofolio produk yang akan diluncurkan beberapa tahun ke depan dan sudah memberi tahu kami apa yang akan mereka luncurkan ke depan,” jelas Diko.

“Jangan pakai busi standar dari motor OEM lain. Kalau rusak nanti tidak bisa hidup atau cepat rusak,” imbuhnya.

Namun, jika pemilik mobil ingin meningkatkan performa mobilnya, bukan berarti busi tidak bisa dibiarkan pada pengaturan pabrik. Banyak perbaikan yang bisa dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, hal pertama yang harus diperhatikan adalah jenis lilin berdasarkan tingkat panasnya.

Biasanya, setiap lilin memiliki kode “panas” atau “dingin” yang menunjukkan tingkat panas, atau lebih tepatnya, laju pelepasan panas lilin. Busi dingin cenderung membuang panas lebih cepat, sedangkan busi hangat membuang panas lebih lambat.

Jenis busi ini harus dipilih berdasarkan karakteristik mesin dan rekomendasi OEM, dan setelah ditentukan, peningkatan tingkat pembangkitan panas dapat ditentukan berdasarkan kode CPR.

“Misalnya OEM kita punya CPR 8 seperti NMAX, kalau mau eksperimen dan modifikasi mesin, kita naikkan levelnya ke CPR 9 dan tidak bisa turun,” kata Diko.

“Karena kalau turun businya panas, tapi kalau naik paling tidak terbentuk (deposit) karbon, tapi tidak merusak mesin,” jawabnya.

Sebagai referensi, CPR adalah singkatan dari “Cold Plug Rating” dan diberi peringkat berdasarkan nomor yang mengikutinya. Lilin yang diklasifikasikan sebagai lilin hangat umumnya memiliki peringkat CPR 6 atau lebih rendah, sedangkan lilin dingin memiliki peringkat CPR 7 atau lebih tinggi.

Namun, klasifikasinya lagi-lagi bergantung pada mereknya.

Busi standar sepeda motor OEM biasanya menggunakan bahan nikel. Diko mengatakan, busi nikel standar kurang cocok untuk performa tinggi karena bahannya mudah meleleh.

Oleh karena itu, jika Anda berencana melakukan modifikasi mesin untuk menambah cc alias kapasitas silinder mobil, disarankan agar pengguna memilih busi berperforma khusus.

“Misalnya kalau diubah dari 150cc ke 300cc, kalau tidak pakai nikel lagi, bahannya cepat meleleh,” ujarnya singkat.

“Teman-teman kalau mau modifikasi lebih ekstrim jangan pakai nikel, karena kami sudah menawarkan platina dan iridium, jadi secara konsep kami sudah membuatnya mampu menahan kondisi suhu mesin di luar standar,” kata Diko I menekankan.

Bagi pengguna mobil yang tetap menginginkan performa dalam hal ini, NGK menawarkan pilihan tengah jalan selain Iridium yang dikenal dengan keandalan yang mengalahkan performa mesin canggih.

Opsi upgrade busi adalah NGK G-Power yang lebih irit. Lilin ini meningkatkan kinerja harian Anda.

Citra Aji Sanjaya, Marketing Manager PT Niterra Mobility Indonesia, mengatakan, “NGK G-Power memiliki elektroda tengah berbahan platina dengan diameter 0,6 mm yang membuat pengapian lebih terkonsentrasi dan presisi. Elektroda ground berbentuk trapesium mengurangi resistensi percikan. Dia berkata.

Sebagai referensi, busi nikel OEM berukuran lebih besar, biasanya berdiameter 2,0 mm, dan memiliki elektroda ground berbentuk persegi. Saat resistensi dihilangkan oleh G-Power, perluasan inti api menjadi lebih cepat dan lebih fokus.

Secara keseluruhan, G-Power diklaim memiliki desain yang lebih baik dibandingkan OEM untuk performa mesin yang optimal. Hasil uji dyno terbukti tenaga, torsi, dan efisiensi bahan bakar meningkat saat diterapkan G-Power.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Driver Ojol Ini Berhasil Lulus Kuliah dan Meraih Gelar Sarjana
Next post Bercita-cita Jadi Asdos Setelah Lulus Kuliah? Simak Syarat dan Tugasnya