Ketua IDAI Tak Sarankan Anak yang Belajar Puasa Buka dan Sahur dengan Junk Food, Ini Alasannya

Read Time:1 Minute, 55 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Anak-anak yang ingin belajar berpuasa di bulan Ramadhan sebaiknya makan enak di pagi hari dan berbuka.

Hal tersebut diumumkan oleh Piprim Basarah uanuanuarso, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Menurutnya, menu yang baik disantap anak saat istirahat dan sarapan adalah menu yang bergizi tinggi.

“Anaknya sudah besar, jangan sampai dia kekurangan gizi,” kata Piprim pada Lokakarya Nasional Juara Imunisasi di Jakarta, 8 Maret 2024.

Malnutrisi pada anak kecil, yakni di bawah usia dua tahun, bahkan bisa menimbulkan syok.

“Itu adalah kunci protein hewani yang luar biasa. “Sekali lagi nutrisinya berasal dari karbohidrat, protein hewani, lemak esensial, sayur mayur, buah-buahan, dan itulah makanan yang dibutuhkan anak.”

Anak yang berpuasa juga membutuhkan nutrisi penting tersebut.

Sayangnya banyak orang yang membombardir anak dengan junk food. Junk food memang tinggi kalori, tapi tidak cukup dan bisa memicu diabetes. Jadi usahakan makan makanan padat nutrisi agar anak tidak kekurangan gizi, kata Piprim.

Ia meyakini jika nilai gizi sehari-hari anak cukup untuk berbuka dan sahur, maka mereka tidak akan makan karena berpuasa.

Beberapa contoh menu masakan anak yang bisa dihidangkan saat sarapan atau berbuka puasa merupakan santapan sehari-hari yang tidak sulit ditemukan.

Menurut Piprim, beberapa menu yang bisa ditawarkan adalah: Nasi Telur Ayam Goreng Opor Ikan Goreng.

“Protein hewani harus cukup.”

Banyak anak yang ingin berpuasa di bulan Ramadhan meski tidak sepenuhnya. Banyak orang tua yang mendukung minat anaknya sebagai bentuk olah raga.

Menurut Piprim, anak tidak perlu berpuasa. Oleh karena itu, anak-anak tidak boleh dipaksa kelaparan.

“Anak-anak tidak bisa dipaksa berpuasa, mereka boleh berpuasa,” kata Piprim.

Sayangnya, ada sebagian orang tua yang membandingkan anaknya dengan anak lain. Misalnya ada anak lain yang baru berusia enam tahun, namun ia sudah kuat untuk berpuasa. Sedangkan putranya berusia 10 tahun dan masih belum kuat.

“Ini tentang kematangan psikologis. Ini sudah kuat untuk anak berusia enam tahun.” Secara fisik anak sudah kuat untuk berpuasa, namun secara psikis tingkat kematangannya berbeda-beda. “

“Ada yang sudah kuat selama enam tahun hingga matahari terbenam, dan ada yang sudah 10 tahun tidak kuat, jadi tidak bisa dipaksakan,” kata Piprim.

Piprim mengatakan, kondisi psikologis anak erat kaitannya dengan keteladanan orang tua.

“Kondisi psikologis anak erat kaitannya dengan orang tua. Kalau orang tua menyakiti anak, sebelumnya tidak mengajarkannya berpuasa. Tentu setelah 10 tahun pun, 11 tahun masih sulit (berpuasa),” ujarnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Kabar Buruk, Manchester United Terancam Dilarang Tampil di Liga Europa Meski Juara Piala FA
Next post 403