Hingga Mei 2024, Belanja Bansos Tembus Rp 70,5 Triliun

0 0
Read Time:1 Minute, 40 Second

robbanipress.co.id, Jakarta — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan belanja bantuan sosial (bansos) pemerintah pusat mencapai Rp70,5 triliun. Realisasi belanja bantuan sosial meningkat 12,7 persen year-on-year (yoy), mencapai 62,5 triliun rupiah.

“Persepsi kenaikan biaya bantuan sosial (year-on-year) terutama dipengaruhi oleh pembagian kartu bantuan sembako dua bulan pada bulan Mei. (Mei dan Juni 2024),” kata Sri Mulyani dalam jumpa pers APBN Juni 2024, Kamis (27/6/2024).

Rincian penggunaan bansos yang digunakan pemerintah mulai Mei 2024 dan seterusnya adalah sebagai berikut:

– Kemensos 37,4 triliun rupiah: PKH tersalurkan senilai 10 juta KPM dan kartu sembako 18,7 juta KPM.

– Kementerian Kesehatan Rp 19,3 triliun: PBI JKN memberikan bantuan kepada 96,8 juta peserta

– Kemendikbud Rp 11,9 triliun: bantuan PIP untuk 8 juta mahasiswa dan KIP perguruan tinggi untuk 766,7 miliar mahasiswa.

– Kemenag 1,6 triliun rupiah: bantuan PIP untuk 1,5 juta mahasiswa dan KIP-Kuliah untuk 47.000 mahasiswa.

– BNPB Rp 0,1 Triliun: Tanggap Darurat

Belanja publik yang berkualitas merupakan salah satu bentuk kehadiran pemerintah yang memperkuat perekonomian. Selain meningkatkan fleksibilitas fiskal, Sri Mulyani juga mengimbau kehati-hatian terhadap pergerakan pasar keuangan domestik akibat gejolak politik global. Pasalnya, hingga saat ini situasi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian akibat konflik dan eskalasi konflik internasional yang kemungkinan akan semakin meningkat.

“Lingkungan perekonomian global dan nasional mempengaruhi kinerja dan membuat APBN bekerja keras untuk melanjutkan operasi alokasi, stabilitas, dan distribusinya. Untuk melindungi masyarakat dan perekonomian kita,” kata Sri Mulyani.

Sementara itu Pergerakan nilai tukar rupiah sempat menyentuh Rp16.431 pada Mei 2024 dan masih menguat akibat sentimen baik domestik maupun global. Apalagi, suku bunga Federal Reserve tidak turun 4 hingga 5 kali lipat seperti yang diperkirakan pasar.

“Di sinilah ekspektasi pasar kecewa atau tidak terpenuhi. yang menimbulkan suatu reaksi Terutama pada bulan April hingga Mei tahun lalu. Jika kita menggabungkan bulan Mei dengan faktor di negara kita Hal ini akan menyebabkan indeks dolar menguat. Hal ini menyebabkan dolar terdepresiasi. Termasuk rupiah kita,” jelas Sri Mulyani.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %