Indonesia Ajak Australia Jalankan Transisi Energi di Derah Terpencil
robbanipress.co.id, Jakarta – Sekretaris Koordinator Kementerian Perekonomian Sukivijono Mogierso dikunjungi oleh Sekretaris Kementerian Perubahan Iklim, Energi, Lingkungan Hidup dan Air Australia, Mr. David Wardix di Gedung Ali Wardhana. Pertemuan tersebut fokus pada penguatan kerja sama kedua negara di bidang transisi energi.
“Australia adalah mitra penting bagi Indonesia. Pada tahun 2023, investasi asing langsung Australia di Indonesia akan meningkat sebesar 4,0% atau US$545,2 juta.” Kami melihat peluang besar untuk mengembangkan pilot project kerja sama transfer energi, khususnya Program Kerangka Kinetika,” kata Menko Sukivizono pada Rabu (3/7/2024).
Pertemuan ini merupakan bagian dari kunjungan Menteri Fredericks ke Indonesia untuk memperdalam kerja sama antara Australia dan Indonesia dalam transisi energi.
Selain itu, pertemuan tersebut bertujuan untuk mencari masukan dari para pemangku kepentingan Indonesia, termasuk Kementerian Koordinator Perekonomian, mengenai kerja sama yang lebih erat di bidang industri dan energi ramah lingkungan serta prioritas investasi kedua negara.
“Indonesia dan Australia dapat bekerja sama lebih erat untuk memenuhi kebutuhan negara ketiga di kawasan dengan mengembangkan sektor energi ramah lingkungan dan peluang investasi,” kata Menteri Fredericks.
Selain itu, Menteri Fredericks menguraikan kemitraan masa depan Pemerintah Australia untuk mendukung upaya energi iklim di bawah kerangka Kemitraan Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur (KINETIC).
Sesuai dengan komitmen yang telah disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia dan Perdana Menteri Australia pada Annual Leaders’ Meeting (ALM) Indonesia-Australia tahun 2023, diharapkan Program Kerangka KINETIK dapat dilaksanakan. Proyek-proyek khusus di sektor energi bersih didukung oleh program kemitraan Australia lainnya seperti program Kemitraan Australia untuk Ekonomi (PROSPERA), serta dengan meningkatkan keterlibatan bisnis antara kedua negara.
Terakhir, kedua belah pihak sepakat untuk mengidentifikasi peluang baru dalam investasi dan perdagangan energi terbarukan, khususnya teknologi energi surya, teknologi hidrogen, serta penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS), yang dapat mempercepat pencapaian Net Zero Emission (NZE) kedua negara.
Menteri Fredericks memperkenalkan Australian Clean Energy Finance Corporation (CEFC) kepada pemerintah Indonesia dengan rencana mengirim tim ahli Indonesia ke Australia untuk memperdalam kerja sama dalam transisi energi berkelanjutan.
Dalam kesempatan tersebut, Menko Suciwijono menyoroti membaiknya hubungan dagang Indonesia-Australia sejak diterapkannya Perjanjian Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) dan berharap pemanfaatan kemitraan dagang yang ada akan mendatangkan lebih banyak investasi ke Indonesia.
“Kami mendorong para pelaku usaha Australia untuk berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui berbagai insentif dan fasilitas. Dari 21 KEK yang ada, terdapat 10 KEK yang fokus pada sektor energi,” kata Menko Sukivijono. .
Di sisi lain, Menteri Fredericks setuju bahwa sektor swasta mempunyai peran penting dalam berkontribusi terhadap transisi energi dan ekonomi hijau. Selain itu, hubungan masyarakat kedua negara harus ditingkatkan.
Seperti diketahui, Australia Awards Indonesia memiliki lebih dari 13.000 lulusan dari berbagai industri dan merupakan salah satu program pendidikan dan pelatihan terbesar yang mendukung pembangunan Indonesia.
Besarnya minat masyarakat Indonesia untuk belajar di Australia menjadi dasar didirikannya universitas-universitas Australia di beberapa kota di Indonesia.
Di akhir pertemuan, Menko Suciwijono menyampaikan bahwa pemerintahan baru Indonesia akan melanjutkan berbagai program prioritas pemerintah saat ini, khususnya upaya Indonesia bergabung dengan OECD dan transisi energi Indonesia menuju NZ. Australia telah memberikan tanggapan positif dan berkomitmen untuk bekerja sama lebih erat demi kepentingan kedua negara.