Penjual Takjil Gunakan Senyawa Berbahaya dalam Produk Pangan, BPOM Ungkap Risikonya

0 0
Read Time:2 Minute, 47 Second

robbanipress.co.id, Jakarta Pedagang takjil yang mencari peruntungan saat Ramadhan tak lepas dari pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Menurut Plt Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizca Andalucia, di antara banyaknya pedagang takjeel masih ada yang nakal karena menggunakan bahan berbahaya. Misalnya pewarna rhodamin B, formalin dan boraks.

“Ada beberapa senyawa berbahaya yang digunakan pada makanan siap saji, misalnya pewarna Rhodamin B. Jadi formalin, itu bahan pengawet agar tidak mudah basi, tidak mudah basi, terutama pada makanan yang mengandung air. , misalnya jeli. , mie, itu dapat formalin,” kata Lucia saat memaparkan hasil pemeriksaan intensitas pangan selama Ramadhan di Jakarta Pusat, Senin (1/4/2024).

Bahan terlarang lainnya yang diperoleh dari oknum pedagang adalah boraks BPOM. Bahan ini digunakan untuk menciptakan tekstur kenyal pada makanan, misalnya bakso.

Lalu apa saja bahaya mengonsumsi Takjil yang mengandung bahan terlarang tersebut?

Senyawa ini tidak aman untuk dikonsumsi manusia. Senyawa ini biasa digunakan baik pada tekstil, sebagai pengawet non makanan, kita juga tahu bahwa formaldehida digunakan untuk mengawetkan mayat.

“Bahayanya bervariasi dari kecil hingga serius. “Yang berat, jika dikonsumsi dalam jumlah banyak akan bersifat karsinogenik, bisa menyebabkan kanker,” jelas Lucia.

Sedangkan gejala ringannya bisa berupa mual, muntah, pusing karena biasanya ada risiko keracunan makanan.

Makanan yang mengandung bahan berbahaya jika dikonsumsi terus menerus dapat merugikan masyarakat dan mengawali munculnya generasi yang tidak unggul.

“Jika dikonsumsi terus menerus walaupun dalam jumlah kecil pasti berbahaya bagi masa depan masyarakat dan bangsa Indonesia, generasi muda kita juga akan menjadi tidak sehat dan tidak unggul,” kata Lucia.

Salah satu ciri berbahaya Takjeel adalah tidak diserang lalat. Hal ini terutama berlaku untuk makanan ringan yang dicampur dengan formaldehida.

“Ada beberapa racun yang mengandung bahan berbahaya, misalnya formaldehida. Makanan yang terkena formalin, lalat tidak akan hinggap. Jadi lalat juga punya sinyal tidak bisa diserang,” kata Plt. Makanan, Ema Setyavati, Dr.

Sedangkan makanan yang berwarna, biasanya warnanya sangat terang. Warnanya bagus, tapi berbahaya.

Lucia juga menjelaskan kemasan Takjil terbaik untuk membungkus makanan.

“Sebagai langkah awal, kami berharap seluruh kemasan adalah kemasan yang tidak mengandung bahan berbahaya dan tidak membahayakan lingkungan. Lucia mengatakan kepada Health robbanipress.co.id, “Kami berharap kemasannya terbuat dari plastik, yang juga dapat didaur ulang dan adalah kelas makanan.”

Intinya, lanjut Lucia, jika ada makanan panas jangan dimasukkan ke dalam styrofoam atau plastik karena bisa mengeluarkan bahan berbahaya.

Sebelumnya, Lucia menyatakan, sepanjang Ramadhan dan menjelang Idul Fitri 1445 H/2024, BPOM akan kembali menggencarkan pemeriksaan pangan.

Sejak 4 Maret 2024, petugas BPOM di 76 Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPOM yang tersebar di seluruh Indonesia turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan bersama ke sektor dan masyarakat terkait. Kegiatan akan berlanjut selama 1 minggu setelah Idul Fitri.

Kegiatan pengawasan ini menitikberatkan pada pangan olahan kemasan Tidak Sesuai (TMK), yaitu pangan tanpa izin edar (TIE)/ilegal, kadaluarsa, basi, dan pangan Takjil Buka Puasa yang mengandung bahan terlarang.

BPOM menargetkan pemantauan terhadap sarana distribusi yang memiliki rekam jejak buruk, termasuk gudang marketplace, seiring dengan tren belanja masyarakat yang sebagian besar dilakukan secara online.

Hingga kegiatan pengawasan Tahap IV, pemeriksaan telah menyasar 2.208 fasilitas yang meliputi 920 fasilitas ritel modern, 867 fasilitas ritel tradisional, 386 gudang distributor, 28 gudang importir, dan 7 gudang e-commerce.

“Dari hasil pemeriksaan, kami menemukan 628 fasilitas (28,44%) yang menjual produk TMK berupa makanan TIE, kadaluwarsa, dan basi, totalnya ada 188.640 makanan TMK senilai lebih dari 2,2 miliar,” jelas Lucy.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %