Antisipasi Penularan Flu Burung, Hindari Konsumsi Unggas yang Sakit

Read Time:2 Minute, 24 Second

robbanipress.co.id, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) Jakarta, Achmad Farchanny Tri Adryanto, mengimbau masyarakat tidak mengonsumsi unggas dan mamalia yang sakit untuk mengantisipasi penularan flu burung ke manusia. 

“Jangan makan burung dan mamalia yang sakit,” kata Farchanny.

Selain itu, harus selalu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satunya bagi masyarakat yang sering bersentuhan dengan unggas, ia menyarankan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun setelah bersentuhan dengan unggas.

Kemudian gunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai jika bersentuhan dengan burung atau mamalia yang sedang sakit atau mati mendadak, kata Farchanny dalam keterangan resmi yang diperoleh robbanipress.co.id.

Jika seekor burung atau mamalia mati mendadak, segera laporkan ke dinas peternakan setempat. Jadi Anda bisa mencari tahu alasannya. Bagaimana cara penularan flu burung?

Penularan flu burung ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan unggas yang sakit atau hewan lain atau produk unggas yang terinfeksi H5N1.

Penularan penyakit flu burung dapat terjadi di lingkungan, pasar, kandang unggas, peternakan, kebun atau peralatan yang terinfeksi virus tersebut, tanpa memperhatikan apakah virus tersebut berasal dari kotoran burung yang terinfeksi virus flu burung (H5N1).

Penularan juga dapat terjadi melalui makanan, produk unggas olahan, konsumsi produk unggas mentah atau tidak lengkap di daerah yang hewan atau manusianya diduga atau dipastikan tertular H5N1.

Gejala klinis penyakit flu burung (H5N1) pada manusia mirip dengan penyakit influenza pada umumnya. Seperti demam di atas 38 derajat Celcius, batuk dan sakit tenggorokan.

Setelah itu dapat ditemukan gejala lain seperti pilek, sakit kepala, nyeri otot, infeksi lapisan mata, diare, atau gangguan saluran cerna. Gejala sesak napas menandakan adanya gangguan pada saluran pernapasan bagian bawah yang dapat memburuk dengan cepat.

Jika Anda mengalami gejala tersebut, segera pergi ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.

“Langsung ke penyedia layanan kesehatan jika mengalami gejala dugaan flu burung dan memiliki riwayat kontak dengan faktor risikonya,” kata Farchanny.

Kasus flu burung pertama di Indonesia dilaporkan pada tahun 2005. 

Sejak tahun 2017 tercatat 200 kasus dengan 168 kematian, sehingga case fatality rate (CFR) sebesar 84%. Kasusnya tersebar di 15 provinsi dan 59 kabupaten/kota.

Indonesia melaporkan kasus flu burung terakhir pada tahun 2017 (satu kasus, satu kematian) di Kabupaten Klungkung, Bali. Hingga kasus terakhir, penularan masih dari unggas ke manusia, kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM). ) di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi.

Secara global, WHO mengatakan kasus flu burung H5N1 pada manusia telah dilaporkan di 23 negara. Berikut data tahun 2003 hingga 2024: 2003-2009: 468 kasus, 282 kematian 2010-2014: 233 kasus, 125 kematian 2015-2019: 160 kasus, 48 ​​kematian 2020: 2:1 kasus: 1 kasus, 1 kematian 2023 : 12 kasus, 4 kematian 2024: 7 kasus, 2 kematian

Berdasarkan laporan terkini WHO, terdapat penambahan kasus flu burung pada manusia, yaitu: 19 April 2024: Avian influenza H9N2 di Vietnam 18 Mei 2024: Avian influenza H5N1 di Australia 22 Mei 2024: Avian influenza H9N2 di India. 23 Agustus 2024: Flu burung H5N2 di Meksiko

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Penyanyi Janita Gabriela Ketagihan Olahraga Menembak, Ungkap Sensasinya Saat Membidik Target
Next post Vega Darwanti Ketemu Tukul Arwana Lagi Setelah Sekian Lama, Begini Ungkapan Kebahagiaannya