Apa Itu Teknologi Baterai LFP yang Ditanya Gibran ke Cak Imin di Debat Cawapres

Read Time:2 Minute, 4 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Teknologi baterai LFP saat ini sedang menarik perhatian masyarakat. Pasalnya, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengangkat persoalan baterai LFP kepada Wakil Presiden Muhaimin Iskandar dalam Debat Wakil Presiden, Minggu malam (21/1/2024), malam hari.

Lantas, apa itu teknologi baterai LFP atau Lithium Ferro Phosphate? Seperti namanya, LFP merupakan baterai lithium-ion yang menggunakan LiFePO4 sebagai bahan katoda, dan elektroda karbon grafit memiliki inti logam sebagai anoda.

Baterai ini dikenal karena biayanya yang rendah, keamanan yang tinggi, debu yang rendah, dan masa pakai yang lama.

Namun kapasitas baterai LFP lebih rendah dibandingkan baterai lithium ion lainnya, seperti NMC (nickel mangan cobalt) dan NCA (nickel aluminium cobalt).

Hal ini membuat baterai ini kurang efisien, dan memiliki jangkauan yang lebih pendek dibandingkan baterai lainnya. Namun komposisi kimia baterai LFP mampu memberikan arus yang lebih tinggi pada suhu yang lebih baik, sehingga suhu lebih terjaga.

Baterai LFP sendiri disebut-sebut menjadi pilihan populer untuk kendaraan listrik masa depan. Menurut laporan Wood Mackenzie, pangsa pasar LFP diperkirakan akan melampaui pangsa pasar NCM pada tahun 2028.

Hal ini tidak lepas dari keunggulan yang ditawarkan oleh baterai tersebut, menjadikan LFP sebagai pilihan tepat untuk kebutuhan daya dan energi.

Saat ini, diketahui bahwa pabrikan Tiongkok memimpin penggunaan baterai LFP, disusul oleh perusahaan Barat.

Salah satu perusahaan yang dikatakan banyak menggunakan baterai LFP adalah Tesla. Perusahaan yang dipimpin Elon Musk melaporkan bahwa setengah dari kendaraannya sudah menggunakan baterai LFP bebas kobalt.

Perwakilan Wakil Perdana Menteri atau Cawapres Muhaimin Iskandar mengatakan, selama ini pemerintah belum tertarik dengan eksplorasi nikel. Meski dianalisa, terlihat pendapatan negara dari nikel masih rendah.

Hal itu diungkapkan Cak Imin pada Debat Cawapres 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024).

 “Karena negara kita asal-asalan mengeksplorasi nikel, sekarang turun tanpa memikirkan ekologi atau perhatian masyarakat. Pekerja kita terbengkalai dan malah menggunakan tenaga asing. Dan korban bencana juga terjadi,” jelasnya.

“Di sisi lain, pendapatan dari nikel juga kecil. Ini pemikirannya,” lanjut Cak Imin.

Selain itu, Cak Imin juga membenarkan adanya kelebihan produksi nikel. Akibatnya, Indonesia tidak punya daya tawar untuk menaikkan harga nikel.

Yang parahnya produksi nikel kita terlalu tinggi. Harga jual kita tidak tinggi, padahal kita sudah menjadi korban hukum kita sendiri, ujarnya.

Sedangkan dengan analisis nikel yang asal-asalan, pemerintah terhindar dari permasalahan lingkungan dan menimbulkan konflik sosial.

“Meski masa depan kita belum jelas, namun di sisi lain kita mengorbankan lingkungan dan masyarakat serta beberapa hal yang bermanfaat bagi negara. Oleh karena itu, ini bukan soal ketidakpedulian, ini soal keberanian dan ketertiban. , “katanya. dia menyimpulkan.

  

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Unik, Perusahaan Teknologi Ini Bikin Event Lari Ditemani Asisten Digital AI
Next post 6 Potret Bunga Zainal Temani Anak Belajar di Amerika, Sambil Liburan Bareng Suami