Bahaya Ikan Buntal untuk Manusia, Mengandung Racun Paling Mematikan di Dunia

Read Time:5 Minute, 13 Second

robbanipress.co.id, Jakarta Meski penampilannya unik dan lucu, ikan buntal memberikan ancaman yang sangat serius. Ikan ini mengandung zat tetrodotoxin yang membuat rasanya tidak enak jika dimakan. Anda harus mewaspadai bahaya ikan buntal, karena racun alami yang terdapat pada kulit, hati, dan telur bisa sangat mematikan. 

Dalam dunia ilmiah, tetrodotoxin dianggap sebagai racun paling mematikan di dunia. Zat ini 1200 kali lebih beracun dibandingkan sianida. Meski sadar akan bahaya ikan buntal, namun ada masyarakat di Asia yang memanfaatkan ikan ini setelah melalui proses pengolahan khusus.

Untuk menghindari risiko ikan buntal, bagian yang mengandung tetrodotoxin seperti kulit, hati, dan telur harus dihilangkan seluruhnya. Ikan buntal kemudian diolah dengan baik, yaitu dengan merendamnya dalam air asin selama beberapa jam dan memasaknya dengan suhu tinggi.

Menikmati sajian ikan buntal yang lezat pastinya akan menyenangkan sebagian orang. Namun kesalahan yang dilakukan dalam menangani ikan ini bisa berakibat fatal. Berikut bahaya ikan buntal dari berbagai sumber, Kamis (7/3/2024) dilansir robbanipress.co.id. 

Ikan seringkali dianggap sebagai makanan kesehatan, terutama karena kandungan lemaknya yang dipercaya bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Namun perlu diingat bahwa semua jenis ikan aman dikonsumsi. Beberapa di antaranya, seperti ikan buntal, bisa mengandung racun berbahaya jika tidak ditangani dengan benar.

Ikan buntal mengandung racun, terutama tetrodotoxin dan neurotoxin, sehingga harus berhati-hati saat menangani ikan ini. Koki harus terlatih dalam memotong ikan buntal karena bagian tertentu seperti hati, gonad, usus, dan kulit mengandung racun. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, konsumsi ikan buntal dapat menyebabkan keracunan, dan risiko kematian bisa mencapai 60 persen jika porsinya tidak ditangani atau diolah dengan baik.

Tetrodotoxin sendiri termasuk racun paling mematikan di dunia. Perlu diketahui, selain pada ikan buntal, tetrodotoxin juga terdapat pada katak dan mola-mola. Ketika seseorang mengalami keracunan ikan, ada empat tahap gejalanya: Tahap 1: Area sekitar mulut menjadi mati rasa. Gangguan pencernaan, mual, muntah, sakit perut atau diare. Gejala muncul 10-45 menit setelah makan ikan buntal. Tahap 2: Tidur wajah. Kesulitan berbicara. Keseimbangan tubuh terganggu dan tubuh menjadi lemas atau tidak mampu bergerak. Tahap 3: Tubuh menjadi lumpuh atau tidak bisa bergerak. Kesulitan berbicara. Pernafasan. Para siswa menyebar. Tahap 4: Tarik napas dengan tajam. Jumlah oksigen dalam tubuh berkurang. Denyut jantung lambat (bradikardia). Tekanan darah rendah (hipotensi). Gangguan irama jantung. Penurunan kesadaran.

Gejala keracunan ikan buntal bisa muncul 20 menit hingga 3 jam setelah memakan ikannya, dan dalam beberapa kasus, gejala bahkan bisa muncul 20 jam kemudian. Pengobatan segera sangat penting karena tanpa pengobatan, kematian dapat terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah ikan buntal tertelan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan edukasi masyarakat mengenai bahaya ikan, serta upaya pencegahan dan pengobatan sejak dini. Keanekaragaman spesies dan sebaran geografis

Ada lebih dari 100 spesies ikan buntal dalam keluarga Tetraodontidae. Ikan ini ditemukan di berbagai perairan, termasuk Samudera Pasifik dan Laut Merah, serta perairan tawar seperti Sungai Mekong dan Amazon. Ditandai dengan tubuhnya yang panjang dan ramping, kepala bulat, bibir menonjol, dan perut besar, ikan buntal mewakili variasi yang menarik. Ikan buntal tidak memiliki sisik, meski ada pula yang memiliki duri. Dia menyukai kemampuannya untuk mengubah arah dan bahkan berenang mundur. Spesies yang berbeda termasuk Ikan Buntal Pahaka, Ikan Buntal Macan, Ikan Buntal Kerdil, Ikan Buntal Bintik Hijau, dll. 2. Ikan buntal ukuran besar dan kecil

Ikan buntal dapat tumbuh hingga ukuran yang menakjubkan tergantung spesiesnya. Yang terbesar berukuran empat kaki, atau sekitar 47 inci, lebih panjang dari buaya terkecil sekalipun. Sebaran geografisnya adalah Australia, Jepang dan Afrika. Sebaliknya, ikan buntal terkecil, yang panjangnya kurang dari satu inci, ditemukan di sekitar barat daya India. Meski berukuran kecil, ikan ini memiliki keistimewaan menarik yaitu bisa memilih jenis kelamin, jantan atau betina. 3. Kemampuan untuk mempromosikan diri sendiri

Karena pergerakannya yang lambat dan warnanya yang menarik, ikan buntal sangat berbahaya bagi predator. Untuk mengatasi ancaman tersebut, ikan buntal mampu mengangkat dirinya dan menghirup udara sebanyak tiga kali ukuran tubuhnya. Selain itu, tulang belakang membantu melindungi dari predator. Tindakan ini menyulitkan predator untuk menangkap ikan buntal. 4. Terkait dengan tingkat toksisitas

Ikan buntal termasuk dalam kategori hewan beracun. Saat terancam, ikan ini mengeras dan melepaskan tetrodotoxin, atau TTX, dari kulitnya. TTX adalah bahan kimia yang 100 kali lebih beracun dibandingkan sianida. Menelan sekitar 1-4 mg TTX murni dapat berakibat fatal bagi manusia. Keracunan ikan buntal dapat menimbulkan gejala mual, muntah, bahkan kematian. Ada beberapa kasus keracunan makanan akibat memakan ikan buntal di Jepang. 5. Keterampilan bersarang

Ikan buntal berbintik putih menunjukkan kebiasaan bersarang. Ikan buntal jantan membangun sarang melingkar di pasir berdiameter enam kaki. Tujuan dari sarang ini adalah untuk menarik perhatian ikan betina. Jika berhasil, ikan betina akan bertelur di sarangnya dan ikan jantan dapat memberikan pembuahan. Selain itu, ikan buntal jantan juga membuat sarang dari spermanya untuk melindungi diri dari predator, karena bau sperma yang busuk dapat membuat predator enggan. 6. Gigi selalu tumbuh

Ikan buntal memiliki empat gigi, dua di atas dan dua di bawah, yang digabungkan menjadi satu gigi besar mirip tikus. Gigi ini tumbuh terus menerus dan ikan menggunakan giginya untuk memecahkan cangkang, memakan karang, alga, dan ikan dasar. 7. Kenikmatan dibalik racun: masakan fugu di Jepang

Meski beracun, ikan buntal merupakan makanan lezat yang disebut fugu di Jepang. Hidangan ini hanya boleh disiapkan oleh koki terlatih yang berpengalaman bertahun-tahun. Proses pembuatan fugu melibatkan pembuangan organ beracun dan memasak ikan dengan benar untuk menghindari risiko keracunan dan kematian.

Saat ini, belum ada obat khusus untuk mengatasi keracunan tetrodoksin akibat mengonsumsi ikan buntal. Jika terjadi keracunan ikan, langkah terpenting adalah segera mencari pertolongan medis di rumah sakit. Di sana, dokter akan melakukan beberapa prosedur medis untuk mengurangi efek racun pada tubuh.

Tata cara medis keracunan ikan buntal: Jika pasien kesulitan bernapas, dokter mungkin akan memberikan oksigen melalui alat pernapasan seperti ventilator. Hal ini diperlukan jika pasien tidak dapat bernapas sendiri. Dokter akan melakukan prosedur pengosongan lambung. Langkah ini mungkin termasuk bypass lambung atau prosedur lain untuk mengosongkannya secara efektif. Dokter mungkin meresepkan cairan atau tablet arang untuk membersihkan perut dari racun. Ini membantu menyerap racun di saluran pencernaan. Jika pasien mengalami gangguan ginjal, dokter mungkin akan melakukan prosedur cuci darah. Tujuan dari proses ini adalah untuk membersihkan darah dari racun dan melindungi fungsi ginjal.

Setelah memahami risiko yang terkait dengan mengonsumsi ikan buntal, disarankan agar makanan ini disajikan di restoran yang diperbolehkan menangani ikan buntal. Persetujuan ini menjamin bahwa proses tersebut memenuhi standar keselamatan dan dapat mengurangi risiko kontaminasi. 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Vespa Batik Stop Produksi Setelah 2 Tahun, Akankah Piaggio Produksi Model Lain di Cikarang?
Next post Besok Malam, Saksikan Penghargaan Kepada Seluruh Insan Dangdut Ambyar di Ajang Ambyar Awards 2024