Banjir Dubai, Penyemaian Awan Buatan Jadi Biang Kerok?

Read Time:2 Minute, 17 Second

JAKARTA – Kota Dubai, Uni Emirat Arab, lumpuh akibat diguyur hujan deras hanya dalam waktu 24 jam. Hal ini diduga menjadi penyebab terjadinya awan.

Dalam peluncuran Creative Entertainment, Kamis (18/4/2024), beberapa jurnalis mengaitkan banjir tersebut dengan proyek penyemaian awan yang rutin dilakukan Dubai untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Pesawat terbang sering kali menyemprotkan bahan kimia dan partikel, seperti kalium klorida, ke awan hujan untuk meningkatkan curah hujan.

Menurut Pak. Ahmed Habib, ahli meteorologi di Pusat Meteorologi Nasional (NCM), negara ini mempraktikkan penyemaian awan hanya beberapa hari sebelum hujan. Penerbangan berangkat dari Bandara Al Ain setiap hari Senin dan Selasa menuju awan yang terbentuk di kawasan tersebut.

Sejak artikel tersebut diterbitkan, pengguna media sosial telah membagikan foto dan video banjir serta mengkritik proyek penanaman tersebut. Meskipun mudah untuk menyamakan kedua fenomena tersebut dan menyalahkan banjirnya benih awan, pandangan yang lebih mendalam terhadap kenyataan menunjukkan cerita yang berbeda.

Penyemaian awan bukanlah hal baru di Dubai. Bloomberg melaporkan bahwa metode ini telah digunakan sejak tahun 2002 dan belum menunjukkan hasil negatif dalam dua dekade terakhir.

Beberapa orang percaya bahwa upaya penanaman tersebut tidak salah karena Dubai melaksanakan sekitar 300 proyek serupa setiap tahunnya. NCM juga menjelaskan bahwa mereka tidak mengoperasikan cloud pada hari terjadinya topan. Meski awan seolah mengalahkan kekuatan alam, namun cara ini hanya mampu meningkatkan curah hujan sebesar 25 persen.

Dengan kata lain, campur tangan manusia tidak dapat menimbulkan hujan jika tidak ada awan hujan di langit. Meskipun curah hujan meningkat di Dubai, porsi awan di wilayah ini kecil dan wilayah tersebut akan menerima banyak hujan atau tidak ada panen.

Menurut laporan Wired, penyemaian awan mempunyai dampak lokal. Sebagian besar aktivitas di UEA berlangsung di bagian timur kawasan dan jauh dari Dubai. Bukti lainnya, Oman juga banyak menerima hujan meski tidak menanam awan.

Penyebab Banjir Dubai

Jawaban atas pertanyaan ini sederhana. Dubai tidak dibangun untuk menahan hujan lebat. Sebagai kota gurun yang mencari air tambahan, Dubai belum membangun saluran air hujan untuk membuang kelebihan air dari hujan yang terus-menerus.

Kota ini dibangun dari beton dan kaca serta tidak memiliki sistem pasokan air yang besar. Dengan perubahan iklim, kota-kota besar sering tenggelam saat hujan turun. Situasi ini merupakan pengingat bahwa infrastruktur perkotaan harus dirancang dengan mempertimbangkan perubahan iklim dan dampaknya terhadap lingkungan dan manusia.

Di Dubai, banjir memaksa sekolah-sekolah tutup dan para pekerja disuruh bekerja dari rumah setelah tempat parkir terendam banjir. Layanan kereta api juga terganggu setelah dua hari diguyur hujan lebat. Bandara Internasional Dubai, salah satu bandara tersibuk di dunia, mengalami gangguan besar, dengan penerbangan dialihkan atau ditunda selama beberapa jam. Kerusakannya bukan pada kota itu sendiri. Jalan-jalan di ibu kota Abu Dhabi juga terendam banjir, sementara seorang pria berusia 70 tahun tewas saat mobilnya terjebak banjir bandang di Ras Al Khaimah.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Bahaya Tersembunyi Klakson Telolet di Bus: Bisa Bikin Rem Blong!
Next post Rehan/Lisa Punya Catatan Ciamik, Langkah Ganda Denmark dalam Ancaman di Semifinal Hylo Open 2023