Forest Healing, Berbicara dengan Pohon hingga Memetik Bunga Liar untuk Redam Stres
robbanipress.co.id Jakarta Forest Therapy merupakan salah satu jenis psikoterapi yang dapat digunakan untuk meringankan berbagai jenis penyakit mental seperti stres.
Menurut koordinator Program Forest Healing, Fakultas Psikologi (Fapsi), Universitas Padjadjaran (Unpad), Hammad Zahid Muharram, M.Psi., psikolog, Forest Healing merupakan metode pengobatan yang paling banyak digunakan dalam bidang psikologi untuk penyakit. pertama kali
“Terapi kehutanan tidak bisa disembuhkan. Akibat stres, pengobatan memerlukan CBT (Cognitive Behavioral Therapy). Sifatnya tenang. Jauh lebih kecil dari sebelumnya,” kata Zahid mengutip laman resmi Unpad, Rabu (10/2/2024).
Zahid menambahkan: Manusia mempunyai hubungan yang erat dengan alam. Ketika orang-orang berada di hutan Mereka akan memiliki iklim mikro yang berbeda dibandingkan di kota atau di luar ruangan. Banyak dari iklim mikro ini dihasilkan oleh fitoncides yang dilepaskan secara alami oleh tanaman.
“Hal ini dinilai mampu meningkatkan kesehatan manusia selama berada di alam liar,” kata Zahid.
Dari sinilah Fapsi Unpad mulai mengusulkan cara-cara menjaga kelestarian hutan. Tidak hanya untuk mahasiswa internal namun juga mahasiswa dari luar Fapsi Unpad.
Karya ini dipresentasikan kepada peserta International Internship Program (IIP) 2024 yang dilaksanakan di kawasan hutan Perbukitan Mandalavangi. Di perbatasan Kabupaten Bandung dan Garut pada Rabu 11 September 2024.
Kembali bekerja dengan alam, sembilan mahasiswa dari Royal Melbourne Institute of Technology Australia dan lima mahasiswa Fapsi Unpad turut serta dalam proyek tersebut.
Sembari menyelamatkan hutan, peserta IIP Fapsi Unpad diajak untuk beraktivitas lebih lama di alam. Pekerjaan diawali dengan berjalan menyusuri lahan pertanian di lereng yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung.
Secara khusus, seluruh peserta menggunakan sandal saat berjalan-jalan di dalam hutan. Dipimpin oleh Pendeta Fapsi Unpad Noer Fauzi Rachman, Ph.D., psikolog, peserta menyusuri jalan setapak taman hingga kawasan perbatasan dan hutan.
Sesampainya di kawasan perkebunan tembakau Peserta akan didorong untuk menghabiskan waktu berhubungan dengan alam. Minta setiap peserta untuk diam sejenak mendengarkan angin dan suara alam.
Setelah itu, peserta diajak untuk menyentuh pohon tersebut. Bicaralah dengan pohon, peluk pohon, petik bunga liar. dan masuk ke perkebunan kopi dan cicipi buah kopinya
Tidak hanya itu Peserta juga diajak untuk masuk jauh ke dalam hutan dan kembali berpelukan serta berbincang dengan pepohonan.
Saat aktivitas berakhir Peserta diajak turun ke sungai, bermain air, dan mencoba menangkap ikan dengan menggunakan jaring.
Menurut Zahid, karya ini bukan tanpa alasan: secara ruh, manusia adalah bagian dari alam. Jadi ketika mereka bertemu alam Manusia dengan sendirinya akan kembali ke sifat kemanusiaannya.
Seperti empat elemen dalam film Avatar, Healing Forest membantu peserta lebih terhubung dengan empat elemen tersebut. Zahid menjelaskan: Saat peserta berjalan menggunakan sandal Kegiatan ini menunjukkan hubungan kita dengan dunia.
“Jadi saat cuaca sedang tenang Duduk dan bersantai sambil menyaksikan awan, pemandangan, dan menghirup suasana. “Hal yang menarik tentang api adalah ketika mereka berbicara dan berpelukan dengan pepohonan. Karena api adalah simbol kehangatan,” jelasnya.
Unsur air ditampilkan saat peserta terjun ke sungai setelah berjalan melewati hutan. Zahid menjelaskan bahwa air memperkuat semua material komposit. Tidak peduli seberapa lelah fisik para peserta setelah melakukan pendakian jarak jauh. Air putih dapat membantu menyegarkan tubuh.
“Saat kita kembali ke air Kita terhubung dengan asal mula kehidupan,” jelasnya.
Pilot project tersebut, kata Zahid, merupakan metode baru dalam pengolahan hutan. dan mulai digunakan secara luas Kebanyakan non-psikolog masih menggunakannya untuk tujuan komersial.
Berbeda jika seorang paranormal menggunakan cara ini. Semua kegiatan selama berada di alam mempunyai proses evaluasi.
“Perbedaannya adalah Ada proses yang sudah selesai. Apakah pengobatannya efektif (Menghilangkan stres) atau tidak,” ujarnya.
Bagi Fapsi Unpad, proyek ini merupakan yang pertama kali diperkenalkan. Rencana ini akan menjadi salah satu layanan yang akan dikembangkan Fakultas.
“Harapannya ini bisa menjadi karya mahasiswa,” tutupnya.