Gen Z Disebut Belum Melek Finansial, Tengok Tips Kelola Keuangan dan Hindari FOMO
robbanipress.co.id, Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan indeks literasi keuangan dan indeks inklusi keuangan Generasi Z atau Gen-Z sangat rendah dalam skala nasional. Bahkan CEO Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Konsumen OJK Frederica Widyasari Dewi pada Agustus lalu mengungkapkan, kelompok usia 15-17 tahun memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan paling rendah.
Di antara perkembangan teknologi yang pesat dan kondisi perekonomian global yang semakin sulit, Gen-Z juga tumbuh dengan adanya internet dan kecenderungan untuk mencari solusi keuangan yang cepat dan efisien, sehingga menghadapi tantangan besar dalam mengelola uang dengan bijak.
Pendiri Growing Meaning, Benny Sufami mengatakan, generasi Z perlu mengelola keuangannya dengan baik, salah satunya dengan menciptakan kebiasaan keuangan yang sehat dan menghindari risiko kerugian di kemudian hari.
“Kesuksesan finansial tidak datang dalam semalam, melainkan melalui kebiasaan-kebiasaan yang dibangun seiring berjalannya waktu, seperti menabung, mengelola pengeluaran, dan merencanakan uang dengan baik. Praktik yang sehat akan menjadi landasan kuat bagi stabilitas keuangan di masa depan,” ujarnya dalam tulisan. keterangannya, Minggu (17/11/2024).
Benny menekankan, memiliki anggaran atau anggaran yang jelas adalah kunci kebebasan finansial, dan pentingnya pemahaman tentang investasi. Ia mencatat, banyak investor muda yang sering merugi karena terjebak dalam kebiasaan berinvestasi tanpa mempertimbangkan profil risikonya.
“Banyak orang yang ikut membeli saham karena melihat orang lain melakukannya,” ujarnya. Benny menyebutkan, setiap orang memiliki toleransi risiko yang berbeda-beda, sehingga penting untuk menyesuaikan jenis investasi dengan profil risiko setiap orang agar tidak terjadi kerugian yang besar.
Menurutnya, memahami risiko sebelum berinvestasi penting dilakukan agar keputusan yang diambil cerdas dan risikonya lebih kecil.
“Pastikan Anda memahami dengan jelas risiko yang ada,” jelas Benny.
Selain itu, ia menghimbau agar seluruh keputusan keuangan selalu didasarkan pada prinsip hukum dan rasional.
“Konsep yang harus ditanamkan tidak hanya bagaimana cara mencari uang, tapi juga bagaimana mengelola dengan baik dan bijaksana. Pastikan semua langkah keuangan yang Anda ambil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak tergiur dengan janji Cepat. keuntungan,” tutupnya.
Direktur Utama PT Persero Batam Arham S. Torik mengingatkan, salah satu prinsip dasar dalam pengelolaan keuangan adalah menjaga agar pengeluaran tidak melebihi pendapatan.
“Mereka harus membuat anggaran yang sesuai dengan kehidupannya. Perencanaan ini penting terutama bagi Gen-Z, karena apa yang Anda lakukan hari ini akan menentukan masa depan. Karena tantangan ke depan akan berat,” ujarnya.
Ia menekankan perlunya mengetahui cara menekan biaya agar sesuai dengan anggaran yang ada.
Arham juga menekankan pentingnya Gen-Z menetapkan anggaran yang realistis, yang secara jujur mencerminkan kebutuhan mereka, bukan sekadar mengikuti ambisi atau ambisi.
“Banyak dari Gen-Z yang mungkin belum memiliki perencanaan yang matang, yang sering disebut dengan taruhan yang lebih besar dari taruhan. Untuk itu sobat harus mengetahui penghasilan, lalu mengukur pendapatan dan menyesuaikan pengeluaran. Tidak perlu banyak. Keinginan mengutamakan kebutuhan, bukan keinginan,” tegasnya.
Menurutnya, perencanaan keuangan merupakan upaya merencanakan masa depan, termasuk menghimpun dana darurat secara terukur dan realistis.
“Dana darurat itu penting sebagai perlindungan terhadap kejadian-kejadian yang tidak terduga. Buatlah rekening tersendiri untuk dana darurat, agar dana tersebut tidak menumpuk dan sulit diakses nantinya, sehingga bisa cepat ditarik.” Lalu lakukan transfer otomatis untuk dana darurat, katanya.
Dikatakannya, perencanaan adalah kunci dari segala hal sehingga harus dilakukan dengan baik dan benar sesuai kebutuhan.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Serang Raya Endang Tri Santi menekankan pentingnya literasi bagi generasi yang tumbuh di era digital. Menurutnya, kemampuan berpikir kritis diperlukan untuk menyaring informasi resmi yang menyesatkan, terutama bagi generasi ini untuk menghindari pengambilan keputusan keuangan yang berisiko.
“Di tengah tsunami informasi yang terjadi saat ini, sikap kritis sangat diperlukan. Kita harus selalu mengecek informasi dan memverifikasi sumber dengan cermat, karena ini akan membantu kita menghindari keputusan keuangan yang merugikan,” tegasnya.
Santi juga mengingatkan akan bahaya Fear of Missing Out (FOMO) yang kerap memicu kebiasaan buruk dalam pengelolaan keuangan.
“FOMO seringkali mendorong pengambilan keputusan impulsif yang sangat berbahaya, seperti membeli kuman tanpa berpikir panjang. Kebiasaan ini bisa menjadi bumerang karena menimbulkan motivasi untuk selalu sejalan dengan tujuan,” ujarnya. Ia berpesan kepada Gen-Z agar tidak mudah terpengaruh oleh hal tersebut. tren tanpa memahami risiko dan lebih selektif dalam mengambil keputusan keuangan.
Selain itu, Santi mengajak generasi baru untuk memanfaatkan teknologi secara efisien dan menguntungkan. Menurutnya, era digital harus dimanfaatkan dengan baik, tidak hanya sebagai konsumen, tapi juga sebagai kreator yang bisa menghasilkan produknya.
“Mari kita manfaatkan era digital untuk lebih kreatif dan produktif,” tambahnya seraya menekankan bahwa literasi yang baik dapat membuka lebih banyak peluang karir bagi Gen-Z.