Harga Minyak Dunia Kembali Naik karena Potensi AS Bakal Resesi Berkurang
robbanipress.co.id, Jakarta – Harga minyak mentah berjangka rebound pada perdagangan Kamis karena pelaku pasar mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan terhadap potensi risiko geopolitik di Amerika Serikat (AS).
Sebuah survei terhadap para ekonom Dow Jones menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS jauh lebih lemah dari perkiraan pada kuartal pertama, yaitu sebesar 1,6% secara tahunan, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%.
Manish Raj, direktur pelaksana Velandera Energy Partners, menjelaskan bahwa data pertumbuhan ekonomi melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang memahami bahwa pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah masih berkabut.
Pelaku pasar menutup posisi short mereka setelah dua minggu terjadi volatilitas harga, Raj menambahkan.
Di Timur Tengah, Israel melancarkan serangan udara ke kota Rafah di Palestina. Namun, para sekutu telah memperingatkan bahwa tindakan seperti itu akan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza. Detail harga minyak
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak Juni naik 76 sen, atau 0,92%, menjadi $83,57 per barel. Harga minyak di AS naik lebih dari 16% hari ini.
Minyak mentah Brent, patokan harga minyak global untuk kontrak bulan Juni, naik 99 sen, atau 1,12%, menjadi $89,01 per barel. Saat ini, tolok ukur global tersebut telah melampaui 15%.
Harga bensin RBOB bulan Mei naik 0,87% menjadi USD 2,75 per galon. Sampai saat ini, harga bensin berjangka telah meningkat sekitar 31%.
Sementara harga gas bumi kontrak Mei turun 0,91% menjadi USD 1,63 per 1.000 kaki kubik. Saat ini, harga gas telah turun sekitar 35%.
Harga minyak global melemah pada akhir perdagangan Rabu karena Goldman Sachs melihat pasar sedikit lebih rendah karena persediaan global meningkat.
Analis di Piper Sandler mencatat bahwa premi risiko geopolitik pada minyak mentah berjangka telah turun menjadi USD 2,50 karena ketegangan antara Israel dan Iran mereda.
“Harga minyak saat ini bergerak sideways namun risiko penurunannya terbatas,” tulis analis energi Piper Jan Stewart dalam catatan penelitiannya kepada klien.
Piper meremehkan kemungkinan terjadinya resesi di AS. Tingkat pengangguran rendah dan ini merupakan perasaan yang baik dan prospek masa depan tidak buruk. Artinya, permintaan minyak akan meningkat dan kilang akan mencapai kapasitas produksi maksimalnya.