Inovatif, Gentong Pakan Lele Otomatis Karya Anak Bangsa

Read Time:2 Minute, 7 Second

JAKARTA – Dari ide seorang dosen sastra, otomatis lahirlah satu tong makanan ikan lele. Di luar kepraktisan peternakan, alat ini juga memberikan pemahaman baru tentang pola komunikasi interdisipliner.

Didik Suharijadi, dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Jember (UNEJ), membuat langkah baru dalam budidaya ikan lele. Ia memanfaatkan tong-tong tersebut di bagian taman universitasnya yang tidak digunakan untuk budidaya ikan. Gentong digunakan sebagai wadah pembibitan ikan lele dengan sistem pemberian pakan dan penggantian air yang sepenuhnya otomatis.

“Sistem pemberian pakan otomatis memberikan pakan tiga kali sehari untuk mencegah kanibalisasi ikan, karena ikan selalu kenyang. Pemberian pakan diatur dengan timer pada pukul 07.00, 15.00, dan 01.00 pagi,” kata Didik. , demikian pernyataan PBB, Jumat (24 Mei 2024).

Dalam proyek inovatifnya ini, ia menerapkan teknologi otomasi untuk menyederhanakan dan meningkatkan efisiensi budidaya ikan lele. Dalam penerapan teknologi tersebut, Didik meminta banyak arahan dari para dosen Fakultas Pertanian dan Teknologi (FTP) Universitas yang lebih ahli di bidang teknologi tepat guna.

Ada beberapa alat yang digunakan dalam budidaya ikan seperti tong, panel surya, timer, baterai, besi tua dan wadah makanan yang diambil dari beberapa wadah pengemas makanan bekas.

Dengan memanfaatkan lingkungan, menurut Didik, budidaya ikan lele dapat memberikan beberapa keuntungan, salah satunya adalah mengajak siswa berkomunikasi, dengan harapan kemampuan berbahasanya akan mengemas ilmu yang berbeda dari berbagai pakar di bidang lain sehingga memudahkan penyebaran teknologi tepat guna.

Reaksi pertama para pelajar tentu saja terkejut ketika melihat teknologi diterapkan seolah-olah tidak ada hubungannya dengan sastra. Namun setelah dijelaskan bahwa linguistik mempunyai tugas besar dalam mendokumentasikan perkembangan terminologi di segala bidang, mahasiswa baru menyadari pentingnya memperhatikan orang lain.

“Di era digital ini, kunci dalam menyebarkan ilmu pengetahuan adalah istilah. Kalau masyarakat sudah paham istilah dan nama alatnya, mereka bisa membeli, mempelajari bahkan membuat sendiri, tentunya sampai batas tertentu kita harus serahkan pada diri kita sendiri. ahlinya,” kata Didik.

Penggunaan alat sederhana diharapkan dapat mengajarkan siswa untuk belajar menggunakan alat sederhana sehingga menjadi kreativitas yang bernilai tinggi.

Saat ini budidaya ikan lele memakan waktu sekitar tujuh bulan dan telah menjalani dua kali masa panen yang masing-masing panen berlangsung selama tiga setengah bulan. “Jadi, masa tanam satu bibit itu memakan waktu tiga setengah bulan. Bulan ketiga, panennya mulai mencicil, karena pertumbuhan ikan tidak selalu sama,” ujarnya.

Harapannya, dengan budidaya tersebut tidak hanya menghasilkan hasil tangkapan ikan, namun juga dapat menjadi sarana akademik bagi mahasiswa berbagai disiplin ilmu. “Biarkan mahasiswa sastra mempelajari terminologinya, mahasiswa teknik berkontribusi terhadap peningkatan otomasi, mahasiswa peternakan mempelajari efisiensinya, mahasiswa sosial ekonomi mempelajari kemungkinan-kemungkinannya sebagai usaha ekonomi bagi masyarakat perkotaan,” kata Didik.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Park Boram Sudah Ditinggal Kedua Orangtua Sebelum Meninggal Dunia, Kini Tersisa Kakak dan Adik Laki-Lakinya
Next post Jin BTS Dikonfirmasi Jadi Salah Satu Pembawa Obor Olimpiade 2024, Begini Kisi-Kisi dari Agensi