Isu Merger XL Axiata-Smartfren, Menkominfo Tak Mau Ada Perang Tarif
robbanipress.co.id, Jakarta – Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi kembali mengomentari isu merger XL Axiata-Smartfren.
Disinggung soal merger kedua operator seluler tersebut, Budi Arie Setiadi berharap merger tersebut segera selesai agar industri telekomunikasi menjadi sehat. Dia sepenuhnya mengalihkan urusan bisnis dan perjanjian terkait merger dilakukan secara business-to-business (B2B).
“Secepatnya kita ingin terciptanya lingkungan komunikasi yang sehat. Kita dukung kerja kolektif,” kata Budi Arie saat ditemui dalam jumpa pers di Gedung Kominfo, Selasa (30/4/2024).
Jika merger XL Axiata dan Smartfren terealisasi, sebenarnya hanya ada tiga operator seluler di Indonesia: Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, dan perusahaan hasil merger XL Axiata-Smartfren.
Tiga operator di Indonesia, Budi Arie, berharap tidak ada lagi perang tarif terhadap layanan yang diberikan operator seluler.
Oh, bagusnya ketiga operator ini sehat dan saya doakan tidak ada perang harga, kata Budi Arie.
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menilai tidak menerapkan praktik perang tarif antar operator dapat membuat industri komunikasi kesehatan menciptakan investasi berkelanjutan yang penting untuk pelayanan yang baik.
“Kita harus terus mengembangkan layanan telekomunikasi kita di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, manajemen sejauh ini belum menerima informasi mengenai masuknya pemegang saham.
Dian mengaku banyak mendengar rumor merger kedua perusahaan tersebut. Namun dia menegaskan, pembicaraan merger kedua perusahaan, dalam hal ini XL Axiata dan Smartfren, bukan di level manajemen.
– Pembahasan atau pembahasan yang terjadi bukan pada level kami, melainkan pada level pemegang saham. Sejauh ini belum ada kepastian, hanya seluruh pemegang saham XL dan lainnya selalu melihat peluang penguatan, kata Dian yang ditemui Halalbihalal XL Axiata. dengan media XL Axiata Tower, Jakarta, Kamis (25/4/2024).
“Kita belum lihat bulannya. (Kalau merger) akan ada eksposur sesuai aturan yang ada,” kata Dian bercanda.
Dian juga mengatakan, hingga saat ini manajemen belum menerima informasi mengenai isu merger XL Axiata dan Smartfren dari pemegang saham.
Meski demikian, dia tidak memungkiri bahwa kombinasi operator berdampak baik bagi industri operator, masyarakat, dan dunia usaha.
“Aksi konsolidasi akan memberikan situasi industri yang sehat. Tapi kalau aksi korporasi seperti merger, itu adalah bagian dari pemegang saham,” kata Dian.
Sebelumnya, Chief Corporate Affairs Officer XL Axiata Marwan O. Basir tak menampik merger kedua operator tersebut berdampak baik bagi industri.
“Industrinya (merger) bagus, pertanyaannya panggilannya ke mana? Yang punya suara pemegang saham, manajemen dan pimpinan perusahaan menunggu pemegang saham seperti itu,” kata Marwan saat ditemui. Untuk Media Iftar Jakarta, Kamis (4/4/2024).
Berbicara mengenai dampak positif dari penggabungan kedua operator tersebut, Marwan mengatakan bahwa kombinasi tersebut selalu membuat komunikasi menjadi sehat.
“Efisiensi juga sudah tercapai (berkat unifikasi), capex dan sebagainya. Sekarang tinggal menunggu prosesnya saja,” jelasnya.
Disinggung mengenai apa saja yang masih dipikirkan pemegang saham XL Axiata untuk bergabung dengan Smartfren, Marwan mengatakan ada banyak hal yang dianggap pemegang saham sebagai sebuah bisnis.
Mulai dari harga, layanan, manfaat, kelebihan dan kekurangan, hingga prosesnya.