Kenapa Buah Jeruk Wajib Ada Saat Perayaan Imlek?

0 0
Read Time:2 Minute, 35 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Perayaan Imlek tak lengkap tanpa buah jeruk, khususnya jeruk keprok. Buah yang lezat, segar, dan mudah dikupas ini menjadi favorit keluarga Tionghoa dan dijadikan camilan.

Prevalensi buah jeruk saat perayaan Tahun Baru Imlek memiliki sejarah yang panjang. Setidaknya sejak Dinasti Qing. Dalam legenda, orang tua Tiongkok meletakkan buah-buahan seperti jeruk keprok, leci, kurma atau kesemek di samping bantal anak-anak mereka, dan meletakkan amplop merah berisi uang di bawah bantal untuk mengusir monster. Anak-anak akan makan buah ketika bangun keesokan paginya.

Menurut Times, ada banyak penjelasan mengapa jeruk keprok dianggap sebagai simbol keberuntungan, banyak di antaranya didasarkan pada pengucapannya yang sederhana. Ada yang mengatakan bahwa pengucapan bahasa Mandarin untuk jeruk (ju) terdengar seperti kata keberuntungan (ji).

Sedangkan versi lain merujuk pada pelafalan bahasa Kanton untuk jeruk (gam), yang mirip dengan pelafalan kata “emas”. Komunitas Tionghoa terkenal dengan banyak “ucapan keberuntungan”—praktik mengasosiasikan takhayul dengan kata dan frasa tertentu—selama Tahun Baru Imlek. Ritual ini dipercaya membawa keberuntungan sepanjang tahun.

Buah-buahan lain yang dianggap membawa keberuntungan dalam budaya Tiongkok termasuk apel, yang identik dengan “perlindungan”, dan leci, yang identik dengan “keuntungan”, tidak ada satupun yang dikenal dengan jeruk keprok untuk Tahun Baru Imlek.

Selain karena namanya sering dikaitkan dengan keberuntungan, warna merah keemasan dan bentuk jeruk keprok yang bulat juga dianggap sebagai simbol keberuntungan.

Buah-buahan bahkan telah mempengaruhi seni Tiongkok selama ribuan tahun: puisi kuno “Pohon Jeruk”, yang terutama dikaitkan dengan penyair Negara-negara Berperang Qu Yuan, merayakan seorang pemuda yang metafora utamanya adalah buah dan pohon; Surat untuk seorang teman yang ditulis oleh juru tulis Dinasti Jin Wang Xizhi, yang dikenal sebagai penyair terhebat dalam sejarah Tiongkok, disertai dengan hadiah jeruk, tetap menjadi salah satu karya paling terkenal setidaknya dua ribu tahun kemudian.

Sementara itu, di Prefektur Wakayama, Jepang yang terkenal dengan budidaya jeruk keprok, terdapat sebuah kuil yang didedikasikan untuk dewa Mikan atau dikenal dengan nama Satsuma mandarin.

Hingga saat ini, jeruk keprok masih menjadi buah yang digemari, sehingga masyarakat rela mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan produk dengan kualitas terbaik, terutama saat Imlek.

Di Tiongkok selatan, jeruk diberikan sebagai hadiah saat Tahun Baru Imlek. Praktik ini telah menyebar ke negara-negara Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia yang banyak dihuni oleh etnis Tionghoa.

Mandarin bertukar pasangan (angka genap umumnya dianggap membawa keberuntungan, sedangkan angka ganjil tidak disukai) di antara kerabat sebagai cara mengucapkan terima kasih. Tanaman yang batang dan daunnya menempel memiliki ciri tambahan berupa umur panjang dan kesuburan.

Di Jepang, saat Tahun Baru Imlek, jeruk keprok sering ditaruh di atas kue beras (kagami mochi), yang terbuat dari dua kue beras bundar yang ditumpuk satu sama lain. Meskipun secara tradisional diberi hiasan jeruk pahit yang disebut daidai (dipilih karena terdengar seperti ungkapan “generasi demi generasi”), jeruk ini sering diganti dengan mikan, sejenis jeruk mandarin yang sering kali lebih menyenangkan.

Sedangkan di Korea Selatan, buah ini tidak erat kaitannya dengan Tahun Baru Imlek yang dirayakan dengan cara yang sama seperti Seollal, seperti di negara tetangga. Namun kecintaan masyarakat terhadap jeruk keprok terbukti abadi, karena buah ini kerap dikaitkan dengan kemewahan, dibeli sebagai oleh-oleh, dan dinikmati sepanjang tahun.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %