Kesalahan Cara Konsumsi Kental Manis Pengaruhi Angka Stunting di Ambon
robbanipress.co.id, Ambon – Susu kental manis masih dianggap sebagai susu sehat untuk bayi oleh sebagian ibu di Ambon, termasuk Fawzia.
Ibu berusia 40 tahun itu menceritakan kisahnya kepada Ketua Dewan Kesehatan Muslim Nahdlatul Ulama Erna Yulia Sufihara saat berkunjung ke Kampung Baru, Negeri Laha, Kota Ambon pada babak 14 lalu.
Fawzia mengatakan, anak bungsunya yang berusia dua tahun mengalami kendala makan sehingga berat badannya turun. Berdasarkan pendataan kader Busyanda setempat, anak tersebut tergolong stunting. Selain itu, ia juga memiliki sisik di kaki dan lengannya
Dia menambahkan: “Makan itu sulit tetapi dia minum banyak susu, tiga botol dari pagi hingga siang hari dan tiga botol di malam hari,” jelas susu botol 240ml.
Ibu lima anak ini menambahkan, anaknya akan tantrum dan tantrum jika tidak diberi susu. Erna pun melihat yang dikatakan Fawzia adalah susu yang ternyata kental dan manis.
Lanjut Fawzia mengutip siaran pers tertanggal Kamis 1 Agustus 2024: “Saya kasih satu kantong untuk satu botol, jadi biasanya saya beli susu kental manis 6 kantong sehari.”
Saat ditanya bagaimana bayinya terbiasa dengan susu kental manis, Fawzie mengatakan hal itu sudah terjadi sejak bayinya berusia satu tahun.
Ia berkata lagi, “Dia pertama kali meminta susu kepada kakak laki-lakinya karena kakak laki-lakinya biasa minum susu kental manis dan terus melakukannya hingga sekarang.
Fawzia tak memungkiri pernah mendengar susu kental manis bukanlah susu yang baik untuk bayi. Namun ia tidak mengetahui mengapa susu ini tidak bermanfaat bagi anak.
“Di kios, kalau mau cari susu, ada susu kental manis ini,” ujarnya.
Terkait hal tersebut, Pj Gubernur Maluku Sadele Law mengatakan kesalahan pemberian nutrisi pada anak turut menyumbang peningkatan kasus stunting.
Berdasarkan data Survei Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di provinsi Maluku sebesar 26,1 persen pada tahun 2022. Namun angka tersebut meningkat menjadi 28,4 persen berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023.
Angka stunting di Maluku sebelumnya sebesar 26 persen, namun pada tahun ini meningkat menjadi 28 persen, kata Sadele Lo dalam keterangan yang sama.
Oleh karena itu, ia berharap penurunan stunting di Maluku bisa segera dimulai. Diakuinya, salah satu penyebab stunting dan permasalahan gizi adalah kesalahan pola makan, baik pada anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Diantaranya adalah kebiasaan meminum susu kental manis yang masih disajikan kepada anak-anak sebagai minuman susu.
“Termasuk kebiasaan memproduksi susu kental manis juga bisa menjadi penyebab stunting” “Sebenarnya ini informasi baru dan untuk itu perlu disebarluaskan ke masyarakat,” tegas Sadili E.
Kesalahan penggunaan susu kental manis sudah muncul sejak tahun 2018. Diawali dengan meninggalnya seorang bayi berusia sembilan bulan karena kekurangan gizi.
Pihak keluarga mengaku, sang anak sudah mengonsumsi susu kental manis sejak berusia dua bulan. Pada waktu yang hampir bersamaan, beberapa media memberitakan ditemukannya anak-anak kecil yang menderita gangguan gizi dan kesehatan akibat mengonsumsi susu kental manis sebagai minuman susu.
Pengaturan mengenai konsumsi, pelabelan dan promosi produk pemanis intensif akhirnya diatur dengan peraturan no. 10 Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). UU No. penggunaan susu kental manis Sebagai pengganti susu dan sebagai sumber nutrisi, dilarang menggunakan gambar anak di bawah usia lima tahun pada poster dan iklan promosi.
Baru-baru ini BPOM juga mengesahkan Peraturan BPOM No. UU No. 26 Tahun 2021 mengatur perubahan besaran proposal yang diajukan
Sebelumnya, label kemasan untuk satu porsi minuman dengan pemanis intens kurang lebih 48 gram. Dalam aturan terbaru, BPOM menurunkannya menjadi 15-30 gram. Namun sosialisasi terkait organisasi ini dinilai belum maksimal. Akibatnya, masih banyak kesalahan dalam konsumsi susu kental manis yang dijadikan minuman susu untuk anak.
Direktur Departemen Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Dr. Dear Daisy, M.K.M. Diakuinya, mengonsumsi susu kental manis masih menjadi sebuah tugas rumah tangga. Hal ini terjadi akibat pola pikir yang salah dalam masyarakat sejak lama. Faktanya, susu kental manis mengandung persentase gula yang tinggi dan tidak cocok dikonsumsi oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
“Orang sering salah mengartikan susu kental manis sebagai pengganti susu, padahal sebagian besar kandungannya adalah gula sehingga perlu diperbaiki,” jelas Lovely Daisy.
Ia menilai sosialisasi penggunaan susu kental manis perlu lebih digencarkan. Salah satu cara yang dapat ditingkatkan adalah dengan melakukan sosialisasi melalui booklet Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
“Kami sudah memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak atau KIA yang diberikan kepada ibu hamil. Buku KIA berisi informasi kesehatan ibu hamil hingga usia enam tahun sebagai suplemen ASI,” kata Lovely.