Overthinking Adalah Pikiran yang Berlebihan, Ketahui Penyebab dan Dampaknya
robbanipress.co.id, Jakarta Overthinking merupakan fenomena umum dalam masyarakat modern, dimana seseorang terjebak dalam arus pemikiran yang tiada habisnya. Kondisi ini muncul sebagai respon terhadap berbagai situasi kehidupan seperti masalah pekerjaan, hubungan, keputusan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang terlalu banyak berpikir sering kali menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menganalisis detail suatu situasi hingga ke detail terkecil.
Orang yang mengalami overthinking terus-menerus menganalisis, overthink, dan khawatir secara berlebihan. Mereka seperti terjebak dalam labirin pemikiran yang mengulangi skenario yang sama berulang kali dan membayangkan berbagai kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Pemikiran seperti ini membutuhkan waktu dan tenaga, namun juga mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.
Dampak overthinking terhadap kesehatan mental dan emosional tidak bisa dianggap remeh karena mengganggu banyak aspek kehidupan seseorang. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa cemas berlebih, depresi, susah tidur, serta berkurangnya produktivitas dalam bekerja dan beraktivitas sehari-hari.
Untuk lebih memahaminya, berikut robbanipress.co.id ulas pengertian ekstremisme beserta penyebab dan akibat yang dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (22/10/2024).
Menurut laman Ikatan Dokter Indonesia, overthinking mengacu pada proses berpikir yang berulang dan tidak produktif. Karena berpikir dapat berfokus pada hal-hal yang berbeda, penelitian sering kali membedakan antara “merenungkan” peristiwa masa lalu dan “mengkhawatirkan” masa depan.
Overthinking adalah kecenderungan untuk terlalu memikirkan sesuatu, terutama hal-hal negatif. Jika hal ini dilakukan terus menerus maka akan menimbulkan stres, kecemasan dan depresi.
Berpikir berlebihan sebenarnya melibatkan pemikiran yang tidak membawa kita kemana-mana dan tidak membantu kita. Jadi, jika saat ini Anda memikirkan masalah yang sama tetapi tidak dapat menemukan solusinya, itu berarti Anda mungkin terlalu banyak berpikir.
Sedangkan dalam buku Amelia Lea “At 20”, overthinking adalah istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang terlalu memikirkan hal-hal sepele. Arti berpikir ekstrim berbeda dengan pemikir yang memikirkan hal-hal penting seperti solusi. Overthinking berarti terlalu memikirkan hal-hal sepele, seperti lebih memikirkan masalah dibandingkan solusi.
Menurut laman IDI, gejala overthinking adalah: Sulit memikirkan sesuatu meski dalam jangka waktu yang lama Mempertanyakan keputusan Terus-menerus membayangkan skenario terburuk Takut melakukan kesalahan Sulit berkonsentrasi Gelisah dan mudah tersinggung Sulit tidur
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang memiliki cara berpikir dan bereaksi yang berbeda terhadap situasi, dan fenomena overthinking yang mungkin disebabkan oleh berbagai faktor pun berbeda-beda. Perbedaan latar belakang, pengalaman hidup, dan kondisi mental seseorang merupakan faktor penting yang menentukan bagaimana mereka memproses dan merespons setiap pemikiran yang muncul. Mengingat dampaknya yang signifikan terhadap kualitas hidup masyarakat, mengetahui penyebab overthinking merupakan langkah penting pertama dalam mengatasi masalah ini.
Salah satu pemicu utama overthinking adalah ketakutan berlebihan terhadap konsekuensi suatu keputusan. Seseorang yang mengalami kondisi ini sering kali terjebak dalam siklus berpikir yang tiada habisnya di mana ia terus-menerus menganalisis setiap kemungkinan yang ada.
Takut mengecewakan orang lain atau mengambil keputusan yang salah membuat mereka ragu untuk bertindak dan menunda keputusan penting dalam hidup. Situasi ini tidak hanya berdampak pada produktivitas, namun juga dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan profesional seseorang.
Pengalaman traumatis di masa lalu berperan penting dalam memicu overthinking pada seseorang. Trauma yang tidak terselesaikan dapat menciptakan pola berpikir negatif yang terus-menerus di mana orang tersebut terus-menerus mengantisipasi hal terburuk yang bisa terjadi.
Ketakutan akan terulangnya peristiwa traumatis menyebabkan mereka sangat berhati-hati dan terlalu banyak berpikir ketika menghadapi situasi yang mirip dengan pengalaman masa lalu. Hal ini menghambat kemampuan seseorang untuk menikmati hidup dan memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain.
Gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan sosial, atau gangguan obsesif-kompulsif seringkali menjadi akar masalah berpikir. Kondisi mental ini dapat memengaruhi cara seseorang memproses informasi dan bereaksi terhadap situasi, sehingga menciptakan pola pikir yang tidak sehat dan berlebihan. Kecemasan yang tidak terkontrol membuat seseorang sulit berpikir jernih dan objektif, malah terjebak dalam siklus berpikir negatif yang sulit diputus tanpa bantuan profesional.
Kebiasaan overthinking ini dapat berdampak negatif pada banyak aspek kehidupan, antara lain: Kesehatan Mental: Overthinking dapat meningkatkan risiko stres, kecemasan, depresi, dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Sakit Kepala dan Masalah Pencernaan Hubungan Sosial: Terlalu banyak berpikir dapat membuat Anda sulit untuk rileks dan menikmati kebersamaan dengan orang lain. Lalu muncullah perasaan ragu dan cemburu: Terlalu banyak berpikir bisa membuat Anda sulit fokus dan menyelesaikan pekerjaan.
Dikutip dari laman Bright Side, berikut beberapa cara mengatasi overthinking: 1. Singkirkan perangkat elektronik.
Menggunakan ponsel, laptop, dan tablet sebelum tidur dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan stres, terutama jika Anda membaca atau menonton berita atau menonton sesuatu yang mengkhawatirkan atau menyibukkan otak. Selain itu, cahaya dari perangkat elektronik mempengaruhi produksi melatonin dalam tubuh dan membuat seseorang sulit tertidur. 2. Cium aroma minyak esensial lavender
Minyak esensial lavender biasanya digunakan dalam aromaterapi untuk menghilangkan stres, relaksasi, dan tidur lebih nyenyak. Teteskan beberapa tetes pada handuk atau kain atau tambahkan sedikit minyak ke dalam bak mandi. Hati-hati saat menggunakannya karena minyak esensial dapat menyebabkan reaksi alergi. 3. Jadwalkan waktu khawatir
Seperti berencana pergi berbelanja, bertemu teman atau mengerjakan pekerjaan rumah. Cobalah untuk menyisihkan 15-30 menit sehari untuk kekhawatiran Anda. Berikan waktu ini untuk pikiran-pikiran yang mengganggu dan pikiran-pikiran itu tidak akan kembali ketika tiba waktunya untuk bersantai. 4. Alihkan perhatian
Setelah meninggalkan gadget, cobalah memikirkan alternatif yang lebih sehat. Misalnya, cobalah hobi santai atau aktivitas yang paling cocok untuk Anda, seperti membaca, melukis, mendengarkan musik, atau memasak. 5. Latihan pernapasan
Pikiran yang berpacu sering kali dikaitkan dengan stres, dan stres membuat jantung kita berdetak lebih cepat dan laju pernapasan kita meningkat. Pernapasan yang lambat dan dalam membantu membuat Anda rileks dan menenangkan pikiran. Cobalah latihan dan teknik pernapasan lain yang dapat dilakukan kapan saja untuk mencegah stres dan kecemasan. 6. Lakukan teknik relaksasi otot
Gunakan teknik relaksasi ini tepat di tempat tidur Anda. Satu per satu, regangkan dan kendurkan otot-otot Anda mulai dari jari kaki hingga kepala. Latihan ini membantu Anda mengendurkan otot-otot yang tegang dan memaksa Anda untuk fokus pada bagian-bagian tubuh ini, mengalihkan perhatian Anda dari pikiran yang berpacu.