Presiden Direktur BFI Finance Indonesia Lepas 200 Ribu Saham BFIN

0 0
Read Time:2 Minute, 59 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Direktur Utama PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) Francis Lay Sio Ho menerbitkan 200.000 saham BFIN pada pertengahan Maret 2024.

Mengutip keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (19/3/2024), Presiden PT BFI Finance Indonesia Tbk Francis Lai Sio Ho menjual 200.000 saham BIFF dengan harga Rp 1.315 per saham pada Maret lalu. 13 Agustus 2024. Dengan demikian, harga jual saham tersebut sekitar Rp 263 juta.

“Tujuan operasi pemisahan penanaman modal. “Kepemilikan langsung negara,” tulis Direktur BFI Finance Indonesia Andrew Adivijanto.

Usai penjualan saham, Francis Lay Seo Ho memegang 343.908.180 saham BFIN atau 2,15 persen dari 344.108.180 atau setara 2,16 persen.

Pada penutupan perdagangan saham Senin 18 Maret 2024, saham BFIN ditutup menguat 0,78% di Rp 1.300 per saham. Nilai perdagangan saham BFIN sebesar Rp 20,57 miliar dan volume perdagangan sebanyak 15,76 juta lembar saham. Total frekuensi perdagangan adalah 2,195 kali.

Sementara itu, Indeks Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi pada perdagangan saham Senin 18 Maret 2024. Pergerakan IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor ekuitas yang menghijau.

Mengutip data RTI, IHSG melemah 0,35 persen menjadi 7.302,44. Indeks LQ45 turun 0,39 persen dan mencapai 993,60. Sebagian besar indeks saham menjadi merah.

Pada awal perdagangan pekan ini, IHSG mencapai level tertinggi 7.358,55 dan terendah 7.300,94. Sebanyak 256 saham melemah sehingga menekan IHSG. Namun, ada 266 saham yang bertahan terhadap koreksi IHSG. 252 saham masih beredar. Total frekuensi perdagangan sebanyak 1.196.201 kali dengan volume perdagangan 17,9 miliar lembar saham. Nilai perdagangan harian saham tersebut sebesar Rp 9,7 triliun. Posisi Dolar AS terhadap Rupee berada pada kisaran 15.675.

Investor asing memborong saham senilai Rp 97,74 miliar pada awal pekan ini. Oleh karena itu, sepanjang tahun 2024, investor asing akan membeli saham senilai Rp 26,20 triliun.

Sebelumnya diberitakan, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) memperkirakan penyaluran pendanaan akan kembali normal pada kuartal IV 2023. Selain itu, perseroan fokus pada pembiayaan kendaraan bekas dan alat berat.

Selain itu, Direktur Keuangan PT BFI Finance Indonesia Tbk Sudjono mengatakan pihaknya menargetkan pendanaan baru mencapai Rp 20 triliun-Rp 21 triliun pada tahun 2023. Pembiayaan baru perseroan hingga semester I 2023 tercatat sebesar Rp 10,3 triliun. Pendanaan baru naik 20.000 year-over-year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun 2022.

Pada kuartal III tahun 2023, operasional BFI Finance Indonesia diperkirakan akan stagnan, salah satunya disebabkan oleh serangan siber yang terjadi pada jaringan teknologi informasi (IT) perusahaan.

“Kurang lebih lancar. Karena ada masalah kecil di penghujung semester 1 tahun 2023, kita terkena serangan cyber. Sedikit berpengaruh, perlu kita kurangi sedikit. Namun akan kembali normal pada kuartal IV 2023. Sedangkan kami masih bersih-bersih, jadi kalau bersih-bersih belum berani marah-marah, ujarnya, tulis Antara, Minggu (10/9/2023).

Sementara dari sisi strategi pembiayaan, kata Sudjono, perseroan akan fokus pada valuasi yang tepat, sasaran pelanggan yang tepat, dan proses pinjaman yang tepat.

Ia mengatakan, fokus utama pendanaan perseroan akan tetap pada kendaraan bekas dan alat berat, mengingat membaiknya kinerja segmen tersebut pada tahun 2023.

“Tahun ini pertumbuhan alat berat lebih besar dibandingkan penjualan ritel. Tahun ini pertumbuhan alat berat menurut penyaluran pendanaan sekitar 40 persen, sedangkan ritel lebih kecil,” tuturnya.

Sementara itu, BFI menjaga risiko kredit yang relatif rendah, dengan tingkat kredit bermasalah (NPF) bersih sebesar 0,79 persen pada semester I tahun 2023.

Pada periode tersebut, laba bersih perseroan sebesar Rp 848,4 miliar. Sedangkan total pendapatan sebesar Rp3,2 triliun atau meningkat 30,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %