Sejarah Bagi-Bagi Angpao saat Idul Fitri, Budaya Islam atau Bukan?

Read Time:4 Minute, 53 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Acara penyerahan bingkisan merah saat Idul Fitri sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi kemeriahan di Indonesia. Sejarah pembagian bingkisan merah saat Idul Fitri dimulai pada Abad Pertengahan, dimana amalan tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Kekhalifahan Fatimiyah sebagai bentuk kebahagiaan dan kepedulian terhadap sesama.

Saat itu, bingkisan merah berupa uang, permen, atau pakaian diberikan kepada tua dan muda sebagai bagian dari perayaan keagamaan di hari pertama Idul Fitri.

Tradisi pembagian angpao, meski banyak dikaitkan dengan budaya Tionghoa, namun memiliki akar yang bersinggungan dengan berbagai budaya dan agama, termasuk Islam. Dalam Islam, berbagi hari raya memiliki prioritas tersendiri, seperti yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang menekankan pentingnya mengembalikan sebagian makanan yang telah Tuhan berikan kepada orang lain.

Misalnya dalam surat Al-Baqarah ayat 267, Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil ikhtiarmu yang baik.” Ayat ini menekankan bahwa berbagi adalah bagian dari amalan keagamaan dalam Islam dan merupakan bentuk khusus dari cinta keagamaan.

Berikut robbanipress.co.id bahas secara detail sejarah pembagian parsel merah saat Idul Fitri pada Kamis (28/03/2024).

 

Menurut informasi yang dikutip The National, sejarah pembagian parsel merah saat Idul Fitri sudah ada sejak Abad Pertengahan. Saat itu, tepat pada Abad Pertengahan, Kekhalifahan Fatimiyah membudayakan tradisi pemberian uang, permen, dan pakaian kepada tua dan muda di hari pertama Idul Fitri.

Tradisi ini merupakan bagian dari pola peringatan hari raya Islam yang lebih luas, yang tidak hanya menjadi momen keagamaan tetapi juga sosial. Kami berharap pemberian ini dapat menambah kebahagiaan masyarakat khususnya anak-anak, serta mempererat persatuan dan persaudaraan antar anggotanya.

Namun perkembangan sejarah telah mengubah tradisi ini Pada akhir masa Kesultanan Utsmaniyah, tradisi ediya atau pembagian angpao diubah menjadi pembagian uang tunai dalam pecahan kecil.

Tradisi pemberian parsel Lal Idul Fitri menjadi lebih praktis dan efisien sehingga pelanggan lebih leluasa dalam menggunakan uang sesuai kebutuhan dan keinginannya. Perubahan ini juga mencerminkan perubahan zaman dan perkembangan nilai-nilai sosial, dimana nilai tunai mendominasi pemberian bingkisan dan ucapan selamat hari raya Idul Fitri. Tradisi berbagi tangan Idul Fitri di Indonesia

Di Indonesia, tradisi bagi-bagi angpo sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri, seperti dilansir robbanipress.co.id dari berbagai sumber. Sudah menjadi tradisi di Indonesia untuk memberikan hadiah kepada orang tersayang, terutama anggota keluarga yang lebih muda seperti keponakan, keponakan, dan cucu.

Pekerjaan ini biasanya dipimpin oleh anggota keluarga yang sudah bekerja atau sudah berkeluarga, sebagai wujud kebahagiaan dan kepedulian terhadap anggota keluarga yang lebih muda.

Selain itu, memberi uang juga dimaksudkan untuk menjadi pembelajaran bagi anak tentang cara mengelola uang dan menabung untuk masa depan Hal ini mencerminkan pentingnya pendidikan keuangan dalam kehidupan mereka

Perlu diketahui juga, ketika Hari Raya Idul Fitri tiba di Indonesia, suasana penyerahan bingkisan merah atau THR menjadi sangat meriah dan ditunggu-tunggu oleh banyak orang, terutama anak-anak dan remaja. Di banyak rumah, terutama tempat keluarga bekerja, tradisi ini merupakan momen kebahagiaan bersama yang telah lama ditunggu-tunggu

Di pagi Hari Raya, suasana rumah akan semarak dengan gelak tawa dan olok-olok anggota keluarga yang berkumpul, dan anak-anak akan dengan senang hati menunggu sambil menerima bingkisan merah dari orang tua di sekitar mereka.

Tradisi pembagian Angpao atau THR dapat dilihat di berbagai tempat seperti perkantoran, lembaga, dan komunitas Tempat-tempat ini biasanya mengadakan acara khusus atau kegiatan sosial yang meliputi pemberian angpao atau THR kepada anggota atau staf sebagai bentuk apresiasi dan terima kasih atas kerja keras dan dedikasinya. Momen ini menjadi kesempatan bagi pemimpin atau supervisor untuk mempererat hubungan dengan anggota tim atau karyawan

Mempertahankan tradisi pembagian angpao di hari raya Idul Fitri mempunyai beberapa manfaat penting bagi individu dan masyarakat: Meningkatkan perasaan bahagia: Tradisi ini membawa kegembiraan dan kebahagiaan khususnya bagi penerima angpao yaitu meningkatkan mood. dapat dan dapat memperkuat ikatan sosial Di antara anggota keluarga, teman dan kolega Memperkuat persatuan keluarga: Berbagi paket merah memperkuat ikatan antar anggota keluarga, baik orang dewasa maupun remaja. Hal ini dapat menciptakan hubungan yang lebih dekat dan mendukung antar anggota keluarga Meningkatkan rasa keterhubungan sosial: Praktik ini juga membantu memperkuat hubungan antar individu dalam masyarakat. Memberikan bungkusan merah kepada tetangga, teman atau anggota masyarakat lainnya akan menciptakan rasa keterhubungan sosial yang kuat Mendorong Kebajikan dan Kemurahan Hati: Tradisi memberi hadiah mengajarkan kebajikan seperti kepedulian dan kebaikan Melalui kegiatan amal, seseorang dapat merasakan kepuasan batin dan mendapat kesempatan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain Meningkatkan Rasa Syukur: Memberikan angpao kepada orang lain dapat membantu seseorang mencerminkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran Anda akan nikmat yang Anda terima dan menginspirasi Anda untuk mensyukuri segala kebahagiaan yang Anda terima Mengajarkan nilai-nilai finansial: Bagi anak-anak dan remaja, tradisi ini bisa menjadi kesempatan untuk belajar bagaimana mengelola uang dengan bijak. Dengan menerima parsel merah, masyarakat belajar menabung, menginvestasikannya, atau menggunakan uangnya untuk tujuan yang bermanfaat Menjaga budaya dan jati diri: Menjaga tradisi menyebarkan angpao merupakan bagian dari warisan budaya dan identitas masyarakat Indonesia. Dengan menjaga tradisi ini kita turut melestarikan dan memperkuat kekayaan budaya bangsa serta melestarikan nilai-nilai luhur yang melekat di dalamnya.

Berbagi adalah nilai kunci dalam Islam yang sangat ditekankan dan dianjurkan Salah satu manfaat berbagi dalam Islam adalah berbagi merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 267 mengatakan:

“Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah di jalan Allah sebagian dari hasil baik usahamu dan sebagian dari apa yang Kami datangkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih sesuatu yang buruk lalu membelanjakannya, padahal kamu sendiri dan tidak mau menerimanya hingga kamu berpaling padanya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji

Manfaat berbagi dalam Islam lainnya adalah berbagi akan mendatangkan keberkahan dan keberkahan dalam hidup Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 261 mengatakan:

“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ibarat sebutir benih yang tumbuh dari tujuh duri, yang setiap bulirnya mempunyai seratus butir. Allah menghukum siapa pun yang Dia kehendaki. Tuhan itu mahakuasa.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Dul Jaelani Pernah Naksir Cewek yang Sama dengan Al Ghazali dan El Rumi, Nama Marsha Aruan Disebut
Next post Indef Ungkap Kinerja Program Bansos, Tak Efektif Turunkan Kemiskinan?