Survei: Samsung dan Google Pixel jadi Smartphone AI Favorit Orang Indonesia, Tapi Mikir untuk Beli!

Read Time:2 Minute, 55 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Divisi riset Seqara Communications, Reasense, melakukan survei singkat untuk mengetahui preferensi masyarakat Indonesia terhadap ponsel pintar dengan teknologi Artificial Intelligence (AI), yang disebut ponsel AI.

Melalui survei terhadap lebih dari 100 responden yang mewakili konsumen dari berbagai kota di Indonesia – melalui komunitas pengguna smartphone Android – hasil survei menunjukkan bahwa Samsung (29,00%) dan Google Pixel (27,50%) dinilai sebagai smartphone dengan fitur AI terbaik.

Kemudian Apple (20,30%) dan Oppo (18,80%). Menurut survei ini, 18,80% konsumen bersedia membayar lebih untuk ponsel AI yang lebih canggih.

Namun, 66,70% responden menyatakan masih mempertimbangkan untuk membayar lebih, bergantung pada fitur AI yang ditawarkan di ponsel.

Seperti yang dijelaskan Aryo Meidianto A, Smartphone Market Analyst dan Senior Consultant SEQARA Communications, survei ini menunjukkan konsumen Indonesia semakin sadar akan potensi teknologi AI pada smartphone.

“Mereka menginginkan smartphone yang dapat membantu mereka dalam berbagai aktivitas sehari-hari, seperti mengoptimalkan kinerja, meningkatkan efisiensi, dan mempersonalisasi pengalaman pengguna,” kata Aryo, Kamis (18/7/2024).

Meski survei ini hanya gambaran awal, namun survei ini menunjukkan betapa besarnya potensi pasar ponsel pintar AI di Indonesia.

Seiring dengan perkembangan teknologi AI dan meningkatnya pendidikan masyarakat, adopsi ponsel AI diperkirakan akan semakin meluas di tahun-tahun mendatang.

 

Di sisi lain, Samsung menghadirkan peningkatan pada Galaxy AI dengan peluncuran Galaxy Z Fold6 dan Galaxy Z Flip6. Salah satunya adalah kemampuan membuat gambar, Sketch to Image.

Dengan Sketch to Image, pengguna dapat menggambar objek atau apapun pada foto yang tersimpan di galeri. Kemudian, dengan menekan ikon Galaxy AI, gambar akan kembali menjadi foto.

Jadi bagaimana Samsung memastikan bahwa pengguna tidak menggunakan fitur Galaxy AI mereka untuk tujuan yang tidak pantas atau menyalahgunakan?

MX Jisun Park EVP dan Head of Smartphone S/W Engineering Group mengatakan, saat membuat sebuah fitur, Samsung terlebih dahulu mencoba memahami perilaku, permintaan, dan kebutuhan pengguna.

“Kami yakin ini (Sketch to Image) disukai oleh pengguna dan untuk memenuhi kebutuhan mereka, berdasarkan pengamatan tersebut, kami mengajukan ide (Sketch to Image),” kata Park dalam sesi wawancara yang dilakukan Tekno robbanipress.co.id. Menemukan Galaxy Z Fold6 dan Galaxy Z Flip 6 beberapa waktu lalu di Paris, Prancis.

Park mengatakan, usulan fungsi AI yang dapat dikembangkan telah dibahas dengan mitra Samsung dalam pengembangan AI.

Kemudian kedua pihak bersama-sama merancang fungsi AI, cara mengurangi penundaan atau cara mengurangi latensi. Dengan cara ini, Samsung dan mitra dapat memastikan kualitas fitur yang dikembangkan sesuai dengan yang diinginkan.

Diakui Park, saat mengembangkan fitur Sketsa ke Gambar, ada kekhawatiran akan terciptanya jenis konten yang tidak pantas.

“Kami bekerja sama dengan Google (mitra AI Samsung) untuk memastikan adanya filter keamanan. Itu salah satu aspek terpenting dari Galaxy AI karena kami ingin memastikan Galaxy AI adalah AI yang bertanggung jawab,” kata Park.

Menurutnya, Samsung dan Google bersama-sama menerapkan filter keamanan pencetakan untuk memastikan penggunaan Sketch to Image secara bertanggung jawab.

Dari segi keamanan Galaxy AI, hal lain yang dilakukan Samsung adalah menentukan fungsi AI mana yang ada di perangkat dan mana yang disimpan di cloud.

Park menjelaskan, AI pada perangkat tersebut mencakup fungsi-fungsi yang berkaitan dengan komunikasi. Menurutnya, sejak disimpan di perangkat, Samsung dan mitranya benar-benar memastikan informasi pengguna tetap ada di perangkat dan tidak keluar dari perangkat.

“Itu salah satu cara untuk memperkenalkan AI yang bertanggung jawab. Cara lainnya adalah dengan membuat atau membuat gambar. Kita memberi tanda air pada foto dan metadata yang dihasilkan AI,” ujarnya.

Dia mencontohkan, filter keamanan, watermark, dan pemrosesan AI pada perangkat merupakan contoh permasalahan di mana pengguna tidak dapat membuat konten yang tidak pantas dengan tetap menjaga privasi pengguna.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Selebgram Pengusaha Ali Haji Sebut Pendidikan Fondasi Masa Depan, Anak Muda Butuh Akses Berkualitas
Next post Garena Dukung Gelaran Gameseed 2024, Ajang Kompetisi dan Inkubasi Game di Indonesia