Tak Terduga, Ini 3 Penyebab Banjir Besar yang Melumpuhkan Dubai

0 0
Read Time:3 Minute, 33 Second

JAKARTA – Penyebab banjir yang melumpuhkan Dubai membuat banyak orang penasaran. Pasalnya, kota metropolitan Uni Emirat Arab yang terkenal di dunia ini telah lama dikenal sebagai kawasan kering dengan kekurangan air. Curah hujannya sedikit.

Namun kenyataan setempat, Dubai tenggelam seluruhnya akibat hujan deras disertai badai pada Selasa (16 April 2024) waktu setempat. Seluruh jalan terendam banjir, mobil yang diparkir hanyut, dan lalu lintas kendaraan terhenti. Kawasan pemukiman, sekolah, perkantoran, dan bandara juga ikut terendam banjir.

Berdasarkan pemberitaan Reuters, Jumat (19 April 2024), banjir yang membekukan Dubai disebabkan oleh: 1. Hujan lebat dan badai

Faktor terbesar penyebab banjir di Dubai adalah hujan lebat dan badai. Hujan lebat dan badai menjadi penyebab utama banjir besar di Uni Emirat Arab dan Oman. Kantor-kantor pemerintah dan sekolah ditutup selama berhari-hari setelah banjir menewaskan sedikitnya 20 orang di Oman dan satu di UEA.

Badai ini pertama kali melanda Oman pada hari Minggu dan kemudian UEA pada hari Selasa, mematikan aliran listrik dan menyebabkan gangguan penerbangan yang parah karena landasan pacu berubah menjadi sungai. Kota Al Ain di perbatasan UEA di Oman mencatat rekor curah hujan sebesar 254 mm (10 inci). Ini merupakan level tertinggi dalam 24 jam sejak pencatatan dimulai pada tahun 1949.

2. Sistem drainase yang buruk

Faktor kedua penyebab banjir Dubai adalah sistem drainase yang buruk. Curah hujan di UEA dan wilayah lain di Jazirah Arab, yang umumnya dikenal dengan iklim gurun kering, sangat sedikit. Di musim panas, suhu naik di atas 50 derajat Celsius. Namun, UEA dan Oman kekurangan sistem drainase untuk mengatasi curah hujan yang tinggi, dan tidak jarang jalan terendam banjir selama musim hujan.

Setelah kejadian hari Selasa, muncul pertanyaan tentang apakah proses penyemaian awan yang sering dilakukan di UEA dapat menyebabkan hujan lebat. Penyemaian awan adalah proses menempatkan bahan kimia di awan untuk meningkatkan curah hujan di iklim yang mengkhawatirkan kelangkaan air. UEA, salah satu tempat terpanas dan terkering di dunia, telah melakukan upaya untuk menghilangkan awan dan meningkatkan curah hujan. Namun, Departemen Meteorologi UEA mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada operasi serupa yang dilakukan sebelum badai terjadi.

3. Perubahan iklim

Perubahan iklim adalah faktor ketiga yang menyebabkan banjir di Dubai. Para ahli mengatakan penyebab hujan lebat ini adalah memburuknya sistem cuaca secara keseluruhan akibat perubahan iklim. Esra Alnaqbi, peramal senior di Pusat Meteorologi Nasional pemerintah UEA, mengatakan tekanan rendah di lapisan atas atmosfer dikombinasikan dengan tekanan rendah di permukaan untuk ‘melepaskan’ tekanan tersebut.

Tekanan ini, yang diperkuat oleh perbedaan antara suhu hangat di permukaan tanah dan suhu lebih dingin di ketinggian, menciptakan kondisi badai petir yang kuat. Fenomena bulan April yang tidak biasa ini tidak terduga karena tekanan atmosfer berubah dengan cepat seiring pergantian musim. Perubahan iklim juga kemungkinan besar menjadi penyebab badai tersebut, kata Esra Alnaqbi.

Ketika suhu global meningkat akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, kejadian cuaca ekstrem, termasuk hujan lebat, akan lebih mungkin terjadi secara global, kata para ilmuwan iklim. “Badai petir mengalami peningkatan yang sangat kuat seiring dengan pemanasan, seperti yang kita lihat baru-baru ini di UEA. Konveksi ke atas yang kuat dalam badai petir semakin kuat di dunia yang lebih hangat,” kata Dim Koumou, profesor iklim ekstrem di Universitas Vrije Amsterdam.

Friederike Otto, dosen senior ilmu iklim di Imperial College London, mengatakan ketika iklim memanas, curah hujan akan lebih banyak di seluruh dunia karena iklim yang lebih hangat menampung lebih banyak air. “Adalah menyesatkan untuk berbicara tentang penyemaian awan untuk hujan lebat. Penyemaian awan bukanlah tentang menciptakan awan dari awal. Ini menyebabkan air yang sudah ada di langit mengembun lebih cepat dan menyebabkan air jatuh di lokasi tertentu tidak perlu kelembapan.”

Pemanasan global telah menciptakan air yang “sangat” hangat di lautan sekitar Dubai, dan udara di atasnya juga menjadi sangat hangat. “Potensi laju penguapan dan kemampuan atmosfer untuk menahan air meningkat, sehingga memungkinkan terjadinya lebih banyak curah hujan, seperti yang kita lihat di Dubai,” kata Mark Howden, direktur Institut Solusi Iklim, Energi dan Bencana di Universitas Nasional Australia.

Gabi Hegerl, ahli meteorologi di Universitas Edinburgh, mengatakan curah hujan ekstrem di negara-negara seperti UEA dan Oman kemungkinan akan menjadi lebih parah di banyak tempat akibat dampak perubahan iklim. “Ketika kondisinya cocok untuk hujan lebat, maka udara akan lebih lembab, sehingga hujan akan turun lebih banyak. Kelembapan ekstra ini terjadi karena udara menghangat, yang disebabkan oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia,” katanya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %