The Fed Berpotensi Pangkas Suku Bunga, Sektor Saham Ini Jadi Pertimbangan

0 0
Read Time:4 Minute, 3 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – JP Morgan Indonesia menegaskan pandangan positifnya terhadap pasar saham Indonesia. Hal ini juga didukung oleh sentimen kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (Fed).

“IHSG kini mencapai titik tertinggi sepanjang masa, terbantu oleh penguatan rupee,” kata Kepala Riset dan Strategi JP. Morgan Indonesia, Henry Wibowo, dikutip dalam keterangan resmi, Jumat (6/9/2024).

Ia menambahkan, sejak Juni tahun ini, JP Morgan Indonesia telah memperoleh pendapatan menggembirakan dari dana investor asing sebesar 600 juta dolar AS.

Namun impor valas tersebut masih kalah dibandingkan total arus keluar valuta asing, yakni sekitar 1,7 miliar dolar AS pada April-Mei 2024.

Katalis jangka pendek yang membayangi pasar saham adalah penurunan suku bunga The Fed. Dia mengatakan penurunan suku bunga The Fed pada September akan menguntungkan Indonesia dari sisi aliran modal dan likuiditas.

“JP Morgan memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga sebesar 50 bps pada September-Desember tahun ini dan sebesar 50 bps pada semester I 2025,” ujarnya.

Di tengah sentimen suku bunga, JP Morgan yakin sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga, termasuk perbankan, properti dan otomotif, akan mendapatkan keuntungan dari potensi pelonggaran moneter.

Meski sebagian besar bank di Indonesia tidak akan mengalami peningkatan margin bunga bersih (NIM) selama periode penurunan suku bunga, ujarnya.

JP Morgan yakin bank-bank ini bisa mendapatkan keuntungan dari peningkatan likuiditas dan aliran modal.

JP Morgan, mengutip Antara, memperkirakan hal ini disebabkan sektor perbankan menyumbang 60 persen Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

“JP Morgan juga meyakini aset-aset jangka panjang seperti perusahaan internet dan bank digital dapat menjadi penerima manfaat dari tren penurunan suku bunga,” ujarnya.

 

JP Morgan Indonesia juga tertarik pada dua sektor konsumen, yaitu bahan pokok dan diskresi. Alasannya adalah Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan melebihi $5.000 per kapita pada akhir tahun 2024.

“PDB (Produk Domestik Bruto/PDB) per kapita sebesar $5.000 benar-benar angka ajaib, ampuh. Karena setiap kali kita melihat negara-negara berkembang, emerging market, negara-negara dengan PDB per kapita lebih dari 5 ribu dolar AS nampaknya akan menyebabkan gelombang baru “discretionary shopping” (belanja konsumen untuk barang dan jasa sukarela). Oleh karena itu, mereka dapat membelanjakan lebih banyak pada sektor-sektor baru untuk didatangkan, katanya, menurut Antara.

Jika PDB per kapita Indonesia mencapai $5.000, maka pada tahun 2011 akan melampaui Tiongkok yang pertama mencapai $5.000, dan akan terus tumbuh hingga tahun 2020.

“Makanya saya sering bilang sepuluh tahun ke depan bagi Indonesia, 10 tahun ke depan, sangat menarik karena kita sedang memasuki masa dimana PDB per kapita akan melebihi US$5.000,” kata Henry.

 

Terakhir, sektor properti juga menjadi perhatian JP Morgan Indonesia karena harga properti di wilayah Jabodetabek sangat stabil atau tidak naik banyak. Misalnya, harga properti di kawasan Serpong (Tangerang Selatan, Banten) mungkin sempat naik 2-3 kali lipat selama 2010-2015, namun kemudian harganya stagnan atau sedikit meningkat dari tahun 2015 hingga tahun ini.

“Kami melihat ada katalis untuk return. Kenapa? Karena dengan dimulainya suku bunga, ketersediaan KPR (pinjaman jangka panjang untuk membeli properti) juga membantu, sepertinya keinginan untuk berinvestasi di properti semakin meningkat. kembali dan harganya juga sangat murah,” ujarnya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebelumnya terkoreksi pada perdagangan Kamis 22 Agustus 2024 setelah beberapa kali mencapai rekor tertinggi baru (ATH). IHSG menguat 0,87 persen menjadi 7.448.676. Melambatnya IHSG bertepatan dengan demonstrasi Emergency Notice – penolakan revisi UU Pilkada.

Pengamat pasar modal sekaligus pendiri Traderindo.com Wahyu Lacsono menilai pelemahan IHSG saat itu lebih banyak dipengaruhi aksi ambil untung investor setelah IHSG mencapai rekor ATH.

“Tanpa menunjukkan wajar saja penyesuaian IHSG. Kata kuncinya ATH, jadi penyesuaian ATH wajar saja. Outlook IHSG ke depan masih stabil,” ujar Wahyu robbanipress.co.id, Jumat (23/8/2024).

Yang jelas, pada perdagangan Jumat 23 Agustus 2024, IHSG terlihat berada di zona hijau. Hingga akhir sesi I IHSG menguat 0,74 persen mencapai 7.543.762. IHSG dibuka pada level 7.488.676 dan bergerak pada rentang 7.507.738-7.567.514.

Secara historis, Wahew mengamati, pergerakan modal cenderung mengikuti sentimen pasar, yang terkait dengan fundamental global. Misalnya pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terjadi krisis global, namun IHSG cenderung stabil.

“Pada masa SBY, selain beberapa kali devaluasi BBM, rupee dan IHSG diuntungkan oleh krisis ekonomi subprime Amerika, krisis global 2008-2009, dan krisis ekonomi Eropa 2010-2012,” kata Wahu. .

Selain itu, di masa pandemi Covid-19 yang memporak-porandakan hampir seluruh perekonomian dunia, IHSG juga terkena dampak ATH ketika Eropa dan Amerika Serikat mengalami bear market yang turun lebih dari 20%.

Baru-baru ini, sentimen umum adalah bahwa kebijakan suku bunga The Fed akan diturunkan pada paruh kedua tahun 2024.

“Saat ini, ketika The Fed ingin menurunkan suku bunga, data inflasi dan ketenagakerjaan di AS lemah sehingga mengancam krisis ekonomi AS. Yield gap juga baik bagi kami. Capital inflow ke Indonesia normal. Apalagi di masa pemulihan. Amerika Serikat. Pada 2022-2024, rupee akan tertekan dan IHSG mengalami koreksi konsolidasi,” kata Wahyu.

 

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %