Viral Pertunangan Bocah SD di Madura Gemparkan Jagat Maya, BKKBN: Ternyata Bukan Karena Ekonomi

Read Time:2 Minute, 2 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Kabar pertunangan anak sekolah berusia 7 tahun di SD Sampang, Madura, belakangan menjadi perbincangan di dunia maya.

Fenomena tersebut menuai reaksi dari beberapa kalangan, termasuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Menurut Kepala BKKBN dr Hasto, timnya menyelidiki langsung situasi di rumah kedua anak yang terlibat dalam kejadian tersebut. Mereka memastikan kedua anak tersebut memang bertunangan.

Tentu kita perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap dia (anak), keluarganya, masyarakat, dan pemerintah setempat agar hal ini tidak dianggap biasa saja, kata Hasto saat ditemui di kantor BKKBN, Jakarta, Kamis, 25 April 2024. . memiliki.

Dokter Hasto meminta Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Maria Ernawati memberikan penjelasan atas hasil temuan lapangannya.

Wanita yang akrab disapa Erna ini menjelaskan, dirinya langsung terjun ke lapangan untuk mengusut kasus pertunangan anak di bawah umur.

“Kami sampai di lokasi didampingi Pemda Kabupaten Sampang karena lokasinya di Kecamatan Camplong, kami mendatangi rumahnya,” ujarnya.

Setelah menggali informasi, tim Erna menemukan bahwa implikasi tersebut bukan didasarkan pada faktor ekonomi. “Jadi ada kejadian, saat orang tuanya di Mekkah, mereka membuat permintaan, mereka berjanji kalau sama-sama hamil, anak itu akan bertunangan,” imbuhnya.

Erna melanjutkan dengan mengatakan bahwa para lelaki tidak sabar untuk meresmikan ikatan mereka dengan para gadis. Faktanya, gadis-gadis itu menolak, karena mereka berdua masih sangat kecil.

“Sepertinya laki-laki itu tidak betah, begitu SD langsung melamar secara besar-besaran meski keluarga perempuan menolak. Saat itu yang mendorong adalah laki-laki,” ujarnya. dikatakan.

Mereka menegaskan bahwa pertunangan ini hanya sekedar kencan, sedangkan pernikahan bisa dilangsungkan setelah kedua anaknya lulus SMA.

Akibat komitmen tersebut, anak-anak yang terlibat harus menanggung malu dan menjadi korban pelecehan di sekolah.

“Tentunya secara psikologis anak-anak ini membutuhkan pertolongan, karena ketika bertunangan mereka juga menjadi bahan tertawaan teman-temannya di sekolah dasar,” ujarnya.

Jadi intinya BKKBN dan Pemkab Sampang datang, membantu dan mendidik, kata Erna.

Sebelumnya, masyarakat menganggap kasus pelibatan anak seperti ini sering terjadi di Jawa Timur karena ada kaitannya dengan budaya. Namun menurut dr Hasto, kasus seperti itu sebenarnya tidak banyak.

“Kami kira kasusnya banyak, tapi kenyataannya tidak banyak. Jadi saat Haji salat, dia terinspirasi, kalau dia hamil, dia akan dijodohkan. Lalu, dia benar-benar hamil dan benar-benar melahirkan. , kayak keinginan, jadi akhirnya dijodohkan,” ujarnya.

Sebagai Kepala BKKBN, Dr. Hasto menilai dirinya harus memberikan edukasi. Pasalnya, secara biologis hal ini jelas bertentangan dengan beberapa hal, termasuk aspek sosial.

“Dia (anaknya) belum tentu punya tempatnya, belum tentu naksir. Belum tentu dia mau jodoh, jadi menurutku dia perlu dididik,” kata -pungkasnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Dibekali Teknologi AI, Zoom Hadirkan 50 Fitur Terbaru
Next post Oppo Reno 12 Series 5G Boyong AI Generatif dan Bodi Tahan Banting, Harga Mulai Rp 6,9 Jutaan