ASEAN 2024 di Laos Sepakati Lanjutkan 3 Prioritas dari Keketuaan Indonesia, Simak Kesepakatannya
robbanipress.co.id, Jakarta – Bank Sentral dan Kementerian Keuangan ASEAN sepakat untuk melanjutkan tiga program prioritas kepresidenan Indonesia sebelumnya di ASEAN 2023.
Dikutip dalam laman Bank Indonesia, Senin (08/04/2024), kesepakatan tersebut muncul pada Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN/AFMGM ke-11, 2-5 April 2024, di Luang Prabang, Laos.
AFMGM merupakan platform penting untuk dialog tingkat tinggi guna memperkuat solidaritas antar negara-negara ASEAN, khususnya mengenai kerja sama antara bank sentral dan kementerian keuangan menuju integrasi ekonomi. Bank of Lao PDR (BOL) dan Kementerian Keuangan Laos adalah penyelenggara konferensi tersebut.
Perwakilan dari 10 negara anggota ASEAN berpartisipasi, antara lain Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta. Timor Timur juga merupakan pengamat.
Pada tahun 2023, tiga agenda yang dicanangkan Indonesia di ASEAN akan berlanjut:
Pertama, kerja sama regional di bidang konektivitas pembayaran atau perluasan Regional Payments Connectivity (RPC). RPC 2024 yang diluncurkan oleh Bank Indonesia untuk memfasilitasi pembayaran lintas batas yang lancar dan aman terus berkembang di bawah Keketuaan ASEAN di Laos.
Hal ini ditunjukkan dengan terus bertambahnya negara-negara yang berminat bergabung dalam Kerja Sama Regional untuk Konektivitas Pembayaran. Dalam konteks ini, pada tanggal 3 April 2024, dalam rangka rangkaian AFMGM ke-11, telah dilakukan penandatanganan MOU RRT yang menandai Laos sebagai negara ke-8 yang menjadi anggota Kerjasama RRT.
Saat ini negara-negara yang telah bergabung dalam kerja sama RRT adalah Indonesia, Singapura, Filipina, Thailand, Malaysia, Vietnam, Brunei, dan Laos.
Kedua, penggunaan mata uang lokal dalam transaksi lintas batas negara di ASEAN atau ASEAN Local Currency Transactions (LCT). Pada rangkaian pertemuan AFMGM ke-11, ASEAN LCT Framework yang diluncurkan Bank Indonesia berhasil mendapatkan dukungan penuh dari negara-negara ASEAN.
Hal ini dikatakan bermanfaat bagi pelaku usaha karena mendorong lebih besarnya penggunaan mata uang lokal dalam transaksi pembayaran lintas negara, sehingga mengurangi biaya transaksi komersial, mendorong pertumbuhan pasar keuangan mata uang lokal yang lebih besar, dan mengurangi paparan risiko kambial.
Ketiga, upaya Indonesia meningkatkan mandat Komite Kerja ASEAN. Inisiatif ini bertujuan untuk menjadikan Komite Kerja ASEAN lebih relevan dengan negara-negara berkembang, mendorong inovasi, meningkatkan kemampuan beradaptasi, memperkuat kerja sama regional dan mencapai integrasi dan stabilitas ekonomi. Pada AFMGM ke-11, para Menteri dan Gubernur Bank Sentral menyetujui pedoman tingkat tinggi dan kerangka acuan untuk menyesuaikan mandat Komite Kerja ASEAN.
Saat ini terdapat dua panitia kerja yang telah menyelesaikan penyesuaian mandatnya, yaitu Panitia Kerja Pengembangan Sistem Pembayaran (Working Committee-Payment and Settlement System/WC-PSS) dan Panitia Kerja Liberalisasi Modal Rekening Pembayaran (Work liberalisasi Komisi-Capital Development Account). /WC-CAL).
Selain itu, terdapat komite kerja lain di bidang inklusi keuangan, pengembangan pasar keuangan, liberalisasi perdagangan dan penguatan integrasi perbankan yang telah memulai dan melanjutkan proses peningkatan mandat mereka.
Seperti diberitakan sebelumnya, Australia memperkuat kerja sama dengan Asia Tenggara melalui Skema Iklim dan Energi Bersih baru senilai A$10 juta. Hal ini dirancang untuk memperkuat upaya bersama di bidang perubahan iklim dan energi bersih.
Skema tersebut, yang diumumkan pada KTT ASEAN-Australia di Melbourne pada Senin (4/3/2024), akan menyediakan pendanaan multi-tahun untuk inisiatif iklim dan energi bersih, termasuk pengembangan kapasitas teknis, dan akan memungkinkan Australia dan negara-negara di ASEAN berbagi keterampilan. dan belajar. dari satu ke yang lain.
“Perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi kawasan kami dan kami bekerja sama dengan mitra ASEAN untuk mengurangi dampaknya dan mempercepat transisi menuju energi ramah lingkungan,” ujar Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri Australia.
“Rezim iklim dan energi bersih yang baru adalah contoh bagaimana kita menciptakan peluang dan menghadapi tantangan.”
Skema ini memungkinkan Persemakmuran Australia serta badan-badan pemerintah negara bagian dan teritori untuk memperluas dan memelihara hubungan jangka panjang dengan mitra-mitra di Asia Tenggara mengenai perubahan iklim dan transisi energi ramah lingkungan.
“Australia memperkuat kerja sama dengan mitra-mitra ASEAN kami, bekerja sama untuk meningkatkan kawasan kami dengan membangun produksi energi baru yang ramah lingkungan dan peluang perdagangan,” kata Menteri Perubahan Iklim dan Energi, Chris Bowen.
“Skema Iklim dan Energi Bersih senilai $10 juta akan membantu membangun kapasitas di seluruh kawasan untuk merespons perubahan iklim dan mempercepat transisi menuju energi ramah lingkungan.”
Program ini memiliki mekanisme pembiayaan yang fleksibel untuk menanggapi permintaan dari negara-negara mitra dan merupakan inisiatif pertama di bawah program Kemitraan Pemerintah-ke-Pemerintah Asia Tenggara yang diumumkan oleh pemerintahan Perdana Menteri Anthony Albanese pada tahun 2023.
Selain itu, program ini mendukung penerapan “Berinvestasi: Strategi Ekonomi Asia Tenggara Australia hingga 2040”, yang mengakui pentingnya peran kemitraan antar pemerintah serta peluang dan tantangan transisi energi ramah lingkungan.