Guru Besar FK UPH: Manajemen Intervensi Nyeri Jadi Opsi Pengobatan Kanker

0 0
Read Time:1 Minute, 59 Second

robbanipress.co.id – Kanker menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia. Di sana, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia, kanker membunuh 10 juta orang pada tahun 2020 dan diperkirakan meningkat hingga 70% pada tahun 2030.

Melihat keadaan tersebut, berbagai metode pengobatan pun dilakukan terhadap pasien kanker, karena penyakit ini tidak hanya menyebabkan kematian tetapi juga menurunkan kualitas hidup pasien kanker.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harpan, Prof. Yusak Mangara Tua Siahaan, Sp.N(K) mengatakan ada sekitar 400.000 orang di Indonesia, dimana 120.000 diantaranya menderita sakit. Kegagalan pengobatan nyeri dengan menggunakan analgesik farmasi mencapai 20 hingga 30%, sehingga jumlah pasien kanker yang memerlukan intervensi nyeri mencapai 24 hingga 36 ribu.

“Meski nyeri kanker tidak menyebabkan kematian secara langsung, namun nyeri merupakan salah satu gejala kanker yang paling umum dan menurunkan kecacatan serta kualitas hidup. Oleh karena itu, penderita nyeri kanker memerlukan penanganan intervensi sebagai alternatifnya,” ujarnya.

Ia menambahkan, WHO mengatur tiga tingkat pemberian opioid untuk obat nyeri kanker, yaitu non-opioid atau nyeri ringan, opioid ringan atau nyeri sedang, dan opioid untuk nyeri sedang-berat.

Artinya, meskipun opioid efektif dalam meredakan nyeri kanker, opioid berinteraksi dengan sistem tubuh sehingga menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, sembelit, sedasi, pusing, halusinasi, dan depresi pernapasan.

Oleh karena itu, ia mengusulkan tiga perubahan pada tahapan penggunaan opioid menurut WHO. Pertama, hilangkan fase kedua, yaitu opioid nyeri ringan atau sedang. Kedua, memprioritaskan peningkatan intensitas nyeri sebagai pertimbangan untuk perubahan pengobatan segera. Ketiga, merekomendasikan prosedur manajemen nyeri intervensi.

“Manajemen nyeri intervensi mungkin merupakan tahap keempat dari WHO untuk pengelolaan nyeri pada pasien kanker. Dan semakin rincinya alat panduan dalam menjalankan proses tersebut, menunjukkan bahwa manajemen nyeri intervensi tidak boleh diabaikan atau dipilih sebagai pilihan pengobatan. opioid pereda nyeri karena terbukti mampu mengubah peran dan meningkatkan kualitas hidup korbannya, ujarnya.

Merupakan tantangan bagi pelajar dan mahasiswa muda untuk mempertimbangkan bidang ini sebagai bidang kesehatan di masa depan.

“Dengan meningkatkan layanan manajemen nyeri intervensi secara cepat, diharapkan penggunaan opioid jangka panjang dapat dikurangi sehingga pasien kanker dapat terhindar dari efek samping, tetap memiliki kualitas hidup yang baik dan fokus pada pengobatan kankernya,” ujarnya. . .

Baca lebih banyak artikel pendidikan menarik dari tautan ini. Kementerian Kesehatan telah meluncurkan SISP Healthcare yang misinya adalah menghilangkan penyakit kanker. Menteri Kesehatan Badi Ganadi Sadiqin menyatakan, Kementerian Kesehatan mempunyai misi utama untuk meningkatkan pelayanan kesehatan secara cepat. Oleh karena itu, penting untuk bekerja sama. robbanipress.co.id.co.id 5 Mei 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %