Memasukkan Sendok Saat Anak Kejang adalah Mitos, Ini Langkah Pertama yang Harus Dilakukan untuk Selamatkan Nyawa

0 0
Read Time:3 Minute, 7 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Dokter spesialis anak subspesialis neurologi RS Pondok Indah, dr. MA Ari Sulistovati, SP. A, Subsp. Neuro menyatakan bahwa memasukkan tangan, sendok, atau benda lain ke dalam mulut bayi saat kejang adalah mitos belaka.

“Mitos yang paling umum dalam praktik adalah kesalahan yang dilakukan saat menangani anak yang mengalami kejang, seperti penempatan tangan dan sendok karena khawatir lidahnya tergigit. Apa hal pertama yang harus dilakukan jika anak Anda mengalami kejang?

Saat anak mengalami kejang, Ari menyarankan langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengesampingkan anak.

“Sebenarnya kalau bayi Anda kejang, letakkan di tempat yang nyaman dan aman. Langkah pertama adalah membalikkan bayi ke satu sisi, bisa ke kanan atau ke kiri,” kata Ari.

Jika bayi berbusa atau ngiler, posisi menyamping akan menjamin keamanan tanpa perlu memasukkan jari, sendok, atau benda lain ke dalam mulut bayi. Risiko tergigitnya lidah jauh lebih kecil dibandingkan risiko tangan tersedak atau terluka saat masuk ke dalam mulut.

Oleh karena itu, apa pun penyebab kejang pada anak, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah menjaga lingkungan, memihak anak, dan memberikan obat anti kejang yang diberikan melalui infus, tambah Ari. Apa yang tidak boleh dilakukan saat anak Anda terkena stroke?

Selain menyendok atau menyodorkan, Arie mengatakan pemberian kopi pada anak untuk mencegah kejang juga merupakan mitos yang membuat pengobatan kejang pada anak tidak tepat.

“Sebenarnya ada mitos lain yang salah dalam menangani anak saat kejang. Ada yang bilang pemberian kopi pada anak bisa mencegah kejang, itu tidak benar,” kata Ari.

 

Ari menegaskan, saat kunjungan, tidak ada yang dimasukkan ke dalam mulut bayi karena bisa berbahaya dan berbahaya.

“Kalau kasih kopi seperti itu, risiko banget. Jadi intinya, kalau anak kejang, jangan masukkan apa pun ke mulut, berbahaya,” ujarnya.

Bahayanya, bayi berisiko mengalami aspirasi yang dapat mengganggu pernapasan dan menimbulkan komplikasi lain.

“Jika melakukan aspirasi, ada risiko pernapasan terhambat dan aspirasi bayi membiru dan menimbulkan komplikasi lain,” kata Arie.

Makanya obatnya diberikan lewat anus, walaupun ada obat minum seperti sirup dan tablet, tapi kita tidak berikan secara oral. Kalau anak kejang, kita berikan lewat hidung, tambahnya.

Ari menjelaskan mengapa tidak disarankan memasukkan apapun ke dalam mulut bayi saat kejang.

“Saat anak mengalami kejang, kontraksi ototnya tidak teratur, termasuk otot yang terlibat dalam menelan dan pergerakan lidah dan tenggorokan. Jika kita memasukkan obat atau benda lain ke dalam mulut dengan harapan menghentikan kejang, jika kita mencobanya, maka kejang akan terjadi. obat hanya akan bekerja jika ditelan,” ujarnya.

Namun jika terjadi kejang, anak mungkin tidak dapat menelan dengan baik karena gerakannya tidak koheren.

Resikonya adalah aspirasi, dimana cairan, kopi atau apapun yang dimasukkan ke dalam mulut malah masuk ke saluran pernapasan, bukan ke saluran pencernaan, sehingga bisa menyebabkan aspirasi, kata Ari.

“Jika benda yang dimasukkan adalah benda keras, maka gigi atau gusi anak bisa berisiko cedera,” imbuhnya.

Ari menjelaskan, penyebab kejang pada anak banyak sekali, yang paling umum adalah demam.

“Kejang demam merupakan yang paling umum terjadi, namun kejang akibat epilepsi atau infeksi sistem saraf pusat atau gangguan sistem saraf pusat lainnya juga terjadi,” kata Ari.

Suhu tubuh yang berisiko terjadinya serangan demam bergantung pada sensitivitas anak. Namun, kata Ari, hal ini biasanya terjadi pada suhu yang lebih tinggi, di atas 39 derajat Celcius.

Perbedaan ini terjadi karena kejang fisiologis disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang berlebihan, dan setiap anak memiliki ambang batas aktivitas listrik yang berbeda.

“Beberapa anak mungkin mengalami kejang pada suhu 39 derajat Celcius karena aktivitas listriknya melebihi ambang batas, sedangkan anak lainnya mungkin tidak mengalami kejang meskipun suhu mencapai 40 derajat Celcius jika aktivitas listriknya normal. Aktivitas tersebut tetap di bawah ambang batas. Jadi reaksi suhu dan aktivitas listrik tiap anak berbeda-beda,” kata Ari.

Ari mengingatkan para orang tua, jika anak mengalami kejang demam, penting untuk melakukan pengukuran suhu tubuh anak, karena dokter anak memerlukan data suhu yang akurat.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %