Membangun Ruang Baca Publik nan Asyik demi Dongkrak Literasi Warga
robbanipress.co.id, Jakarta – Literasi masih menjadi tugas utama di Indonesia. Tidak ada peningkatan signifikan pada levelnya. Berdasarkan data Program for International Student Assessment (PISA) 2022 yang diterbitkan OECD pada Desember 2023, Indonesia masuk dalam daftar 11 negara dengan kemampuan membaca terendah, tertinggal jauh dari negara tetangga di Asia Tenggara seperti Singapura dan Malaysia.
Inisiatif kecil apa pun untuk meningkatkan minat membaca patut diapresiasi. Salah satunya dikelola oleh Omah Perpustakaan dan Literasi. Keduanya berupaya menarik perhatian pembaca dengan membuka ruang yang dirancang menarik.
Perpustakaan Omah terletak di Tangerang, tepatnya Taman Vila Meruya. Menempati bangunan di hook, lokasinya berada di kompleks perumahan elit, namun dekat dengan semi desa yang dihubungkan oleh jembatan kecil.
Boleh dikatakan, Perpustakaan Omah yang didirikan oleh arsitek Realrich Sjarief pendiri RAW Studio ini berbeda dengan perpustakaan pada umumnya. Waktu membaca di tempat itu dibatasi hanya dua jam karena tempat tersebut hanya diperuntukkan sebagai tempat singgah sementara. Mereka yang datang wajib melakukan reservasi dan pembayaran sesuai dengan sesi yang akan diikuti, baik belajar, bekerja, atau mengikuti tur untuk menjelajahi tempat tersebut secara menyeluruh.
“Ide pembukaan perpustakaan ini sebenarnya lahir dari hobi saya dan tim menulis, karena kami suka menulis banyak pemikiran tentang buku dan arsitektur,” kata Rich kepada tim gaya hidup robbanipress.co.id, Kamis (23). Mungkin. 2024.
Kemudian pada tahun 2016, mereka membuka Perpustakaan Omah di salah satu sudut rumahnya. Rak buku di ruang baca dipenuhi buku-buku koleksi pribadinya dan istrinya. Mengingat profesinya sebagai arsitek, tak heran jika sebagian besar koleksi bukunya saat ini adalah buku-buku tentang arsitektur dan pengembangan diri. Hanya 10 persen yang bukan arsitektur.
“Saya dan tim percaya bahwa literasi di Indonesia masih rendah dan peringkatnya termasuk yang terburuk di dunia. Jadi kami mencoba membuat membaca menjadi menyenangkan melalui arsitektur. Jadi ini adalah perpustakaan untuk segelintir orang. mendapat banyak perhatian tapi pesannya banyak.” “Ini ditujukan untuk individu,” katanya.
Tidak hanya berfungsi sebagai ruang baca, tapi juga multifungsi. Di sini mereka sering mengadakan sesi diskusi bertema arsitektur. Sasaran utamanya adalah mereka yang mempelajari arsitektur dan tertarik dengan arsitektur.
“Kami selalu berbagi acara karena itu acara yang menyegarkan bagi kami. Jadi idenya adalah untuk lebih banyak berbagi dengan komunitas yang ada, karena bagi saya pribadi, Realrich, saya sudah memiliki karya arsitektur di studio. Tapi kalau kami berbagi, itu tidak akan terjadi. terjadi. Ini seperti rencana pelarian,’ kata Rich.
Pengetahuan arsitektur digunakan dengan benar untuk merancang ruang yang nyaman bagi semua pengunjung. Mengadopsi pendekatan arsitektur bioklimatik, ruang seolah ingin menjadi oase dengan tanaman yang menyatu dengan bangunan. Di beberapa kawasan, area terbuka dibiarkan menyatu dengan alam.
Penggunaan jendela berukuran besar memudahkan masuknya cahaya alami sekaligus memberikan dekorasi yang estetis. Salah satunya adalah ruang baca dan ruang manajemen yang terletak di atas toko buku. Selain foto Instagramnya, ia juga memiliki pojok baca favorit. Terdapat juga ruang baca anak di gedung nonaktif yang terpisah dari gedung induk. Bentuknya unik, dengan mezzanine sebagai ruang tambahan.
“Kami terus berkembang sejak tahun 2016 hingga menginjak usia 8 tahun. Terus berkembang. Tantangan sebenarnya adalah bagaimana kita bisa berbagi dan berdonasi untuk perpustakaan ini, kita harus terus berkembang meski tidak ada yang membantu. Terus maju,” lanjutnya .
Semangat yang sama juga ditampilkan di Literasi, sebuah taman baca di Magelang, Jawa Tengah. Dibuka pada tahun 2023, tempat tersebut merupakan impian masa kecil penulis lepas Cristian Rahadiansyah yang menjadi kenyataan. Ia ingin membuka taman baca yang bisa diakses publik dan meninggalkan Jakarta pada usia 40 tahun.
“Banyak tembok yang membatasi kita pada buku, termasuk kendala finansial dan kemudahan akses alat. Melek Present, taman baca umum, menawarkan pengalaman membaca yang menyenangkan,” kata Nina Hidayat, salah satu pendiri Melek Literate. , Liputan6 Lifestyle Team .com pada kesempatan berbeda.
Pendukungnya adalah koleksi buku yang berjumlah lebih dari 700 judul dalam berbagai genre seperti agama, sosial, politik, ekonomi, fiksi dan seni, dan bangunan tersebut telah dirancang semenarik mungkin. Nina mengatakan arsitek Marco Kusumawijaya dan Andesh Tomo membantu mereka merancang taman baca yang mempertimbangkan lingkungan sekitar.
“Gaya arsitekturnya adalah gaya Indonesia kontemporer yang memperhatikan sirkulasi udara yang baik, sehingga rumah ini layak huni dengan AC yang minim,” ujarnya.
Kami juga bekerja sama dengan Kanca Studio yang fokus menciptakan ruang baca yang nyaman dan fungsional pada interior perpustakaan. Mereka memaksimalkan ruang terbatas untuk berbagai keperluan. Namun yang terpenting tetap merevitalisasi ruang.
“Desain yang bagus itu penting, tapi bukan sekedar estetika untuk menarik pengunjung,” kata Nina yang juga hadir di Jakarta International Photography Festival.
Nina menyatakan, perpustakaan tersebut terbuka untuk umum dan akan dibuka pada 1 Juni 2023. Pengunjung telah datang dari berbagai lapisan masyarakat selama sekitar satu tahun. Ada warga Kabupaten dan Kota Magelang, keluarga dengan anak-anak karena tempatnya cocok untuk anak-anak, pelajar yang belajar di Magelang dan pengunjung dari luar kota. “Termasuk Yogyakarta, Semarang, dan Temanggung,” ujarnya.
Hampir 50 pengunjung datang setiap minggu antara hari Jumat dan Senin. Mereka tidak memerlukan keanggotaan, sehingga buku hanya dapat dibaca melalui situs.
Seperti halnya Perpustakaan Omah, koleksi literasinya berasal dari koleksi pribadi sang pendiri, yang kemudian dibawa ke Magelang dari rumah aslinya, Tangsel. Koleksi bukunya sangat beragam karena Nina dan Cristian memiliki minat yang berbeda.
“Cristian mengoleksi buku-buku sosial politik, perjalanan, dan agama, dan Nina banyak membaca buku fiksi dan bergenre,” ujarnya.
Ruang baca juga menampilkan koleksi unik bernama rak buku bertema Magelang. Isinya mulai dari buku sejarah tentang Boroburken dan Magelang, tokoh kelahiran Magelang (antara lain Jacob Oetama dan Gepeng “Srimulat”), hingga buku terbitan dan karya penulis lokal.
“Sumbangan buku diterima secara selektif untuk menjaga pemilihan buku di kelas literasi,” tambah Nina.
Selain buku dan gedung, mereka juga menawarkan berbagai fasilitas yang membuat pengunjung betah, seperti kafe dan toko makanan, area taman untuk piknik, bahkan Wi-Fi. Jadi kapan kamu akan belajar di sana?