Nyamuk Wolbachia, Solusi Atasi Demam Berdarah Dengue Selain 3M Plus Vaksin DBD
robbanipress.co.id, Jakarta – Program nyamuk Wolbachia untuk mengatasi penyakit demam berdarah (DBD) dilaksanakan di enam kota: Denpasar, Semarang, Bandung, Jakarta Barat, Bontang, dan Kupang. Hal tersebut disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Imran Pambudi pada diskusi media #Ayo3MPlusVaksinDBD pada Kamis, 21 Maret 2024.
Ia menjelaskan, Wolbachia merupakan bakteri alami pada nyamuk Aedes aegypti yang dapat menghambat replikasi virus dengue dan menurunkan kemampuan nyamuk menularkan demam berdarah. Imran menyatakan penggunaan bakteri Wolbachia aman berdasarkan penelitian yang dilakukan banyak negara dan para ahli.
Sayangnya, lanjut Imran, keterlibatan dan dukungan masyarakat terhadap nyamuk ber-Wolbachia masih rendah akibat minimnya informasi dan meluasnya ketegangan.
Lebih lanjut, Imran menekankan pentingnya inovasi lain dalam penanganan DBD, seperti pengembangan vaksin DBD. Saat ini terdapat dua vaksin, yaitu Dengvaxia yang diberikan kepada anak usia 9 hingga 16 tahun dengan uji serostatus awal dan vaksin Qdenga yang dapat diberikan kepada penduduk hingga usia 45 tahun tanpa pengujian awal dan dua dosis. .
Imran juga menyebutkan vaksin DBD masuk dalam rencana daerah, seperti di Kaltim pada tahun 2023. Ia juga menegaskan, demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan yang serius dan kerap menimbulkan komplikasi.
Menurut data WHO, sekitar 3,9 miliar orang di 128 negara berisiko terkena demam berdarah dengue, dimana lebih dari 100 negara termasuk negara endemik di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
Imran Pambudi melaporkan pada tahun 2024, jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia akan mencapai 35.556 kasus dengan 290 kematian, padahal baru 11 minggu berlalu. Imran menyoroti fakta bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan kasus dan kematian DBD terbanyak, yaitu 10.428 kasus dan 94 kematian. Selain itu, ia juga mencatat peningkatan kasus DBD terjadi di 18 provinsi, antara lain Sumbar, Sumsel, Lampung, Bangkulu, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Selatan, dan lain-lain.
Imran menyoroti beberapa tantangan dalam pengobatan demam berdarah, seperti rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut dan budaya pengendalian nyamuk (PSN) yang belum optimal. Dalam konteks cuaca yang tidak biasa, hujan yang diikuti panas selama tiga hari berturut-turut, Imran menjelaskan, hal ini dapat meningkatkan jumlah genangan air akibat hujan yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, spesies penyebab demam berdarah.
Untuk mengatasi masalah ini, Imran telah menguraikan beberapa strategi pencegahan demam berdarah, termasuk manajemen risiko, peningkatan akses terhadap layanan publik, dan peningkatan pengawasan dan keterlibatan masyarakat dalam pemusnahan sarang nyamuk.
Sementara itu, jumlah kasus demam berdarah di Indonesia mengalami penurunan sebesar 30% pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Imran mengungkapkan, jumlah kumulatif kasus DBD pada tahun 2023 mencapai 114.720 kasus dengan 894 kematian.
Kasus terbanyak ditemukan di Jawa Barat yaitu sebesar 19.328 kasus. Sedangkan kematian terbanyak pada tahun itu terjadi di Jawa Tengah sebanyak 143 kasus, ujarnya. Imran juga mencatat pada tahun 2022 terdapat 143.176 kasus DBD dengan 1.236 kematian.