Paul Alexander Meninggal Dunia, Simak Kisah Penyintas Polio Hidup dengan Paru-Paru Besi yang Menginspirasi

0 0
Read Time:2 Minute, 5 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Paul Alexander yang lebih dikenal dengan julukan “Pria Berparu-Paru Besi” atau “Pria Berparu-Paru Besi” meninggal dunia pada Senin lalu. Meninggal 11 Maret 2024 di Texas. Polio berasal dari Amerika dan dia hidup selama 78 tahun.

Berita kematiannya menyebar dengan cepat dan banyak orang mengingat kesulitan hidupnya. Paul berjuang melawan polio sejak usia muda dan hidup dengan paru-paru besi selama 70 tahun. Dia adalah inspirasi dan pengaruh positif bagi banyak orang di seluruh dunia.

Meski penyebab meninggalnya Pavel belum diungkapkan. Beberapa bulan sebelumnya, dia tertular COVID-19 dan dirawat di rumah sakit. Setelah sekian lama dirawat, kondisinya sempat lemah, namun akhirnya bisa kembali ke rumah. Paulus Alexander.

Biografi lengkap Paul Alexander; Dia akan selalu dikenang. Kisah hidupnya yang inspiratif selama 70 tahun, dimana ia hidup di dalam silinder besi untuk bernafas, menjadi viral dan memberikan dampak positif bagi banyak orang.

“Kami akan merindukannya, tapi kisahnya akan selalu diingat dalam ingatan kami,” kata Christopher Ulmer, yang menggalang dana untuk Paul di gofundme.

“Paul terima kasih atas inspirasi yang diberikan kepada kami, semoga kami menemukan kedamaian di dunia lain,” lanjutnya.

Pada tahun 1940-an dan 1950-an, Amerika Serikat diguncang epidemi polio. Salah satu yang terjangkit adalah Amerika Serikat. Paul Alexander, seorang pria dari Dallas.

Paul berusia enam tahun pada tahun 1952 ketika dia terinfeksi. Konsekuensi dari infeksi virus polio sungguh mengerikan. Tubuhnya sangat lemah, dan akhirnya, separuh tubuhnya dari leher ke bawah benar-benar terkejut.

Karena kondisi tersebut, Pavel tidak bisa bernapas lega. Saat terbangun di rumah sakit, tubuhnya terperangkap dalam silinder paru-paru besi, yang digunakan untuk menyuplai udara kepada pasien yang otot dadanya lumpuh sehingga bisa bernapas dengan normal.

“Sebelumnya saya tidak bisa bicara, saya tidak bisa berteriak, saya tidak bisa menangis,” kata Paul di podcast Pandemi 2022.

“Saya merasa tidak berdaya,” tambahnya.

 

Namun Paulus tidak menyerah. Dia kesulitan berbicara sendiri, meski dibantu oleh ventilator. Ia juga belajar bernapas lega tanpa bantuan mesin.

Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat balon paru-paru besi yang digunakan Paul menjadi usang pada tahun 1960-an. Alternatifnya adalah ventilasi. Meski demikian, Paul Alexander tetap memilih hidup dalam silinder dengan paru-paru besi.

Hidup dalam topi tinggi dengan paru-paru besi tidak menumpulkan semangat hidup Paul Alexander. Dia terus bersekolah dengan bantuan seorang tutor.

Setelah berjuang selama bertahun-tahun, ia menerima ijazah sekolah menengahnya pada usia 21 tahun. Ia kemudian menerima gelar sarjana dari University of Texas pada tahun 1978. Paul kemudian memperoleh gelar sarjana hukum pada tahun 1984. Dia juga bekerja sebagai pengacara selama beberapa dekade.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %