UMKM Binaan BRI Dorong Perekonomian Nelayan Sulawesi Selatan Melalui Usaha Rumput Laut
robbanipress.co.id, MAKASSAR — Pantai dengan air laut yang jernih terlihat dari halaman belakang rumah sejauh mata memandang. Peristiwa seperti inilah yang setiap hari disaksikan warga Desa Lasepang, Kecamatan Lamalaka, Provinsi Bantaeng, Sulawesi Selatan atau dikenal dengan Desa Pogo. Sebagai wilayah yang berada di dekat pantai, aktivitas perekonomian penduduknya berkaitan dengan laut.
Selain memancing, ada juga petani rumput hijau. Hal inilah yang coba dilakukan oleh Sudirman yang sudah menggeluti budidaya rumput laut sejak tahun 2003 dan kini menjadi Ketua Kelompok Usaha Rumput Laut Desa Pogo.
Berbagai tantangan dihadapi Sudirman selama membudidayakan rumput laut dan anggota tim sangat sukses dengan bantuan program KlasterkuHidupku BRI.
“Awalnya ada beberapa orang yang menanam rumput hijau dan sepertinya berhasil. Sejak itu saya tertarik untuk ikut serta dalam bisnis yang sama. Jadi waktu itu saya pergi menemui mereka sedang bekerja, cara memasang jangkar, cara memasang tali besar, tali kecil, bahkan mengencangkan. “Saya belajar di sana sampai tamat,” kata Sudirman, dalam keterangan tertulis, Rabu (27/3/2024).
Di sisi lain, Kelompok Industri Rumput Laut Kota Pogo baru berhenti pada tahun 2019. Ia mengatakan, saat itulah ia mendapat masukan dari para guru penanggung jawab yang datang ke kotanya.
“Pada tahun 2019, ada guru dari jurusan perikanan yang bertanya apakah saya punya tim, tapi saat itu saya bilang saya tidak punya. Lalu mereka mengusulkan untuk membentuk tim dan saya ditambahkan. “Ada dan nelayan di sana-sini. juga masyarakat yang menanam rumput laut, sehingga Kementerian Perikanan melakukan penelitian dan akhirnya dibentuk kelompok usaha ini,” lanjutnya.
Sejauh ini, 10 anggota tim usaha telah berkumpul dan saling membantu melakukan pekerjaan budidaya rumput laut setiap hari.
“Kalau seseorang butuh peralatan, misalnya ingin menanam rumput hijau, dia harus punya perahu.” “Kalau tidak punya, bisa pinjam ke tim lain,” imbuhnya.
Hasil laut yang dihasilkan dijual di area kering. Seringkali pelanggan datang langsung ke lokasi untuk berbicara langsung dengan pemiliknya. Kalau harganya cocok, pasti laku.
“Penghasilan per bulan tergantung cuaca. Kalau cuaca bagus dan normal, dalam 100 bentangan bisa mencapai 400kg. Tapi kalau cuaca mulai panas seperti ini alganya menguning. Kalau warnanya kuning berarti lambat sekali pertumbuhannya. Kalau hanyut pasti rusak juga. Jadi semua permasalahan di usaha ini tergantung cuaca. “Harga jual rata-rata 16.000 aryi per kilo, tapi harganya sendiri naik turun ,” kata Sudirman.
Hasilkan lebih banyak dengan bantuan BRI
Usaha budidaya sayuran yang dilakukan Sudirman bukan berarti berjalan tanpa uang. Ia mengamini bahwa banyak alat yang harus dimiliki petani seperti perahu, tali, tali kecil, jangkar dan masih banyak lagi. Beruntungnya, selama menjalankan usaha tersebut, ia mendapat bantuan keuangan dari BRI dalam bentuk Pinjaman Masyarakat (KUR).
Ia yakin menerima KUR BRI yang bisa menampung lima puluh juta, itu semua untuk menambah uang guna mengembangkan usaha budidaya rumput hijau. Selain itu, Klaster Usaha Rumput Laut Desa Pogo juga mendapat bantuan dari program KlasterkuHidupku yang diinisiasi BRI.
“Bantuan yang diterima merupakan alat yang dibutuhkan anggota. Jadi ada tali lurus nomor 4, tali paus nomor 1, nomor 2 dengan berat 150kg”, lanjutnya.
Beliau mengamini bahwa bantuan yang diterima dari program KlasterkuHidupku ini sangat membantu dalam mengembangkan anggota yang tergabung dalam Klaster Usaha Rumput Laut.
“Alhamdulillah sudah terkonfirmasi, terima kasih banyak atas bantuan BRI, penanaman rumput laut cottonik akan berhasil. Saya berharap kerjasama ini akan terus berlanjut dan usaha kita kedepannya akan semakin sukses,” Sudirman menyimpulkan.
Dalam kesempatan lain, Direktur Usaha Kecil BRI Supari menambahkan, dengan adanya program Kalsterkujiwaku, BRI bermaksud untuk terus mendampingi dan membantu para pengusaha, tidak hanya membantu mereka dalam berbisnis tetapi juga memberikan edukasi mengenai bisnis dan lain-lain. . program periklanan.
“Kami juga mendorong terciptanya kelompok usaha dengan memberikan bantuan alat usaha atau alat pendukung. Saya berharap bantuan yang diberikan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin,” tutupnya.